Jumat, 27 Oktober 2017

STID M.Natsir Gelar Lailatul Qur'an Sebagai Ajang Menguatkan Hafalan dan Qiyamul Lail


Pada hari Jum’at (27/10/17) bidang tahfidz kampus B STID M. Natsir kembali mengadakan agenda bulanan yaitu Lailatul Qur’an atau semalam bersama Al-Qur’an di Masjid Wadhah Albahr Pusdiklat Dewan Dakwah, Tambun Bekasi.
Sesuai dengan nama kegiatannya, acara itu berlangsung pada malam hari dan dihadiri oleh para asatiz dan mahasiswa asrama STID M. Natsir.
Ustad Musmardi, S. Kom. I, selaku menajer bidang tahfidz STID M. Natsir membuka acara tersebut dengan memberikan sambutan singkat tentang tujuan diadakan kegiatan lailautul Qur’an, diantaranya adalah untuk memurojaah atau menguatkan hafalan al-Qur’an yang sudah dihafal selama sebulan, selain itu mahasiswa diharapkan agar hatinya senantiasa terikat dengan masjid, juga untuk meningkatkan ibadah sunnah seperti shalat tahajjud dan shalat witir.

Minggu, 15 Oktober 2017

MENELADANI KEPAHLAWANAN SA’AD BIN ABI WAQQASH

Oleh: Dwi Budiman Abu Dzakir

Jika kita menelaah sejarah panjang umat Islam, akan kita dapatkan begitu banyak pahlawan-pahlawan Islam. Mereka adalah tokoh-tokoh Islam yang layak dijadikan teladan karena keimanan dan pembelaannya terhadap agama Allah. Salah satu diantara sekian banyak pahlawan Islam itu terdapat nama Sa’ad bin Abi Waqqash, salah seorang sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga dan bergelar pahlawan Islam. Ia digelari pahlawan Islam karena peristiwa-peristiwa besar yang dilaluinya, lembaran jihad dan kisah kepahlawanan yang diukirnya serta ketegaran yang dimilikinya.
Kepahlawanan Sa’ad sudah nampak sejak pertama kali masuk Islam. Ibunya menentang keras keislamannya hingga melakukan mogok makan, mogok minum dan mogok bicara sampai pingsan. Namun itu tidak menggentarkan keimananya, bahan ia berkata kepada ibunya, “Wahai ibu, Demi Allah seandainyapun engkau memiliki seratus nyawa, dan keluar satu demi satu, aku tetap tidak akan meninggalkan agamaku ini. Kalau ibu mau makanlah, atau kalau tidak maka janganlah makan.” Setelah menyaksikan keteguhan anaknya dalam memeluk agama barunya itu sang ibu kemudian kembali makan, minum dan berbicara seperti sedia kala.
Kepahlawanan Sa’ad juga terlihat dari kedudukannya sebagai orang pertama yang menumpahkan darah di jalan Allah. Peristiwanya terjadi di masa-masa awal Islam. Saat itu orang-orang musyrik Makkah mengejek Islam dan kaum muslimin, maka Sa’ad mengambil tulang rusuk unta dan memukul salah seorang dari mereka hingga berdarah.
Sa’ad juga dikenal sebagai orang pertama yang memanah di jalan Allah. Pada tahun pertama hijrah, Rasulullah mengutus sepasukan kaum muslimin dibawah pimpinan Ubaidah bin al-Harits berjumlah 60 orang,  Sa’ad termasuk di dalamnya. Misi mereka adalah mengamati serombongan kafilah Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan. Namun pertempuran tak terelakan karena kafilah Quraisy itu menyerang pasukan kaum muslimin, dan Sa’ad menyambut serangan itu dengan panahnya, “Aku adalah orang Arab pertama yang melepasan anak panah di jalan Allah,” ujarnya dengan bangga.

RAHASIA TAQWA DIBALIK IDUL ADHA; BEKAL TERBAIK KEHIDUPAN KITA


Oleh: Dwi Budiman Abu Dzakir

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ ِباللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّابَعْدُ؛ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya”

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Puji dan syukur mari tak henti-hentinya kita panjatkan kepada Allah Swt atas segala nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah Saw, kepada keluarga beliau, para sahabat beliau dan seluruh pengikut beliau yang senantiasa tunduk dan patuh kepada sunnah-sunnah beliau.
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Hari ini kita sama-sama merayakan Idul Adha Tahun 1438 H. Di hari raya ini, ada dua ibadah yang dilaksanakan oleh kaum muslimin secara bersamaan. Pertama adalah ibadah qurban yang akan kita lakukan selepas pelaksanaan shalat Idul Adha ini. Kedua, ibadah haji yang dilaksanakan oleh saudara-saudara kita dari seluruh penjuru dunia di Kota Makkah al Mukarramah. Yang menarik, ada satu kesamaan dari kedua ibadah tersebut, yaitu keduanya sama-sama memiliki tujuan yang sama, yaitu agar orang yang melaksanakannya mencapai derajat taqwa.

Selasa, 03 Oktober 2017

SETENGAH ABAD MENGKADER DU’AT

Setengah Abad lalu[1], di sebuah masjid di daerah Tanah Abang Jakarta, para alim ulama itu berkumpul. Mereka mendiskusikan kelanjutan langkah perjuangan setelah pemerintah Orde Baru menolak usaha merehabilitasi Partai Masyumi, wadah perjuangan yang di masa Orde Lama dipaksa membubarkan diri. Perjuangan harus terus dilanjutkan, demikian tekad para alim ulama itu. Maka sepakatlah mereka untuk membentuk wadah baru bagi perjuangan mereka.  Wadah itu berbentuk yayasan dan diberi nama Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, disingkat Dewan Da'wah.
Para alim ulama pendiri Dewan Da’wah itu sepakat bahwa maksud dan tujuan dibentuknya Dewan Da'wah, adalah: "Menggiatkan dan Meningkatkan mutu Da'wah Islamiyah di Indonesia".
Maksud dan tujuan itu berangkat dari rasa prihatin yang sangat terhadap kondisi masyarakat yang masih jauh dari nilai-nilai keislaman. Sementara di sisi yang lain kegiatan da’wah dinilai masih belum tertata dengan baik dan kekurangan banyak tenaga da’i.

Senin, 02 Oktober 2017

MEMBANGUN GERAKAN DA’WAH BERBASIS PENELITIAN

Sejarah Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia berawal dari musyawarah sejumlah ulama di masjid Munawarah Tanah Abang pada 26 Februari 1967. Hasil musyawarah Ulama itu kemudian menyimpulkan dua poin, yaitu:
Menyatakan rasa syukur atas hasil dan kemajuan yang telah dicapai hingga kini dalam usaha-uasah dakwah yang secara terus menerus dilakukan oleh berbagai kalangan umat, yakni para alim ulama dan para muballigh secara pribadi, serta atas usaha-usaha yang telah dicapai dalam rangka organisasi dakwah.
Memandang perlu (urgent) lebih ditingkatkan hasil dakwah hingga taraf yang lebih tinggi sehingga tercipta suatu keselarasan antara banyaknya tenaga lahir yang dikerahkan dan banyaknya tenaga batin yang dicurahkan dalam rangka dakwah tersebut.
Untuk menindaklanjuti kesimpulan di atas, maka para ulama tersebut merumuskan dua langkah yang berkaitan dengan gerakan da’wah, yaitu:
1. Meningkatkan mutu dakwah, yang di dalamnya tercakup persoalan penyempurnaan sistem perlengkapan peralatan, peningkatan tehnik komunikasi, lebih-lebih lagi sangat dirasakan perlunya dalam usaha menghadapi tantangan (konfrontasi) dari bermacam-macam usaha yang sekarang giat dilancarkan oleh penganut agama-agama lain dan kepercayaan-kepercayaan (antara lain faham anti-Tuhan yang masih merayap di bawah tanah), Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan sebagainya terhadap masyarakat Islam.
2. Planning dan integrasi yang di dalamnya tercakup persoalan-persoalan yang diawali oleh penelitian (research) dan disusul oleh pengintegrasian segala unsur dan badan-badan dakwah yang telah ada dalam masyarakat ke dalam suatu kerja sama  yang baik dan berencana. (Menunaikan Panggilan risalah, Lukman Hakim dan Tamsil Linrung, tanpa tahun, hal. 9)

MENEGUHKAN KEMERDEKAAN DENGAN DA’WAH

  Oleh: Dr. Dwi Budiman Assiroji (Ketua STID Mohammad Natsir)   Tahun ini kita memperingati kemerdekaan negara kita yang ke 79. Artiny...