Oleh: Dwi Budiman Abu Dzakir
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ
ِباللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَا
أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ
اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا.
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ
اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّابَعْدُ؛
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ
صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
“Allah
Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain
Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya”
Kaum
Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Puji
dan syukur mari tak henti-hentinya kita panjatkan kepada Allah Swt atas segala
nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita semua. Shalawat dan salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah Saw, kepada keluarga beliau,
para sahabat beliau dan seluruh pengikut beliau yang senantiasa tunduk dan
patuh kepada sunnah-sunnah beliau.
Kaum
Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Hari
ini kita sama-sama merayakan Idul Adha Tahun 1438 H. Di hari raya ini, ada dua
ibadah yang dilaksanakan oleh kaum muslimin secara bersamaan. Pertama
adalah ibadah qurban yang akan kita lakukan selepas pelaksanaan shalat Idul
Adha ini. Kedua, ibadah haji yang dilaksanakan oleh saudara-saudara kita
dari seluruh penjuru dunia di Kota Makkah al Mukarramah. Yang menarik,
ada satu kesamaan dari kedua ibadah tersebut, yaitu keduanya sama-sama memiliki
tujuan yang sama, yaitu agar orang yang melaksanakannya mencapai derajat taqwa.
Di
dalam al Quran surat al Hajj ayat 37, Allah Swt berfirman:
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا
دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ
لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٣٧
“Daging-daging
unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah,
tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah
menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya
kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Ayat ini terdapat dalam gugusan ayat tentang ibadah
Haji. Dengan demikian, para ulama tafsir menjelaskan bahwa baik ibadah haji
maupun ibadah qurban, kedua-duanya memiliki tujuan yang sama, yaitu agar orang
yang melaksanakannya mencapai derajat taqwa.
Kaum
Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Selain ibadah haji dan qurban, ibadah-ibadah lain
dalam Islam pun memiliki tujuan yang sama, yaitu agar orang yang
melaksanakannya mendapatkan derajat taqwa. Ibadah shaum di bulan ramadhan
misalnya, Allah Swt, jelaskan sebagai wahana orang-orang beriman untuk
mendapatkan ketaqwaan. Sebagaimana firmanNya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ
عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ
تَتَّقُونَ ١٨٣
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (al Baqarah: 183)
Hal ini menunjukan kepada kita bahwa ketaqwaan
merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan kita sebagai seorang
muslim.
Pentingnya kedudukan taqwa juga dapat kita lihat
dari tata cara Rasulullah berkhutbah. Dimana beliau senantiasa memulai
khutbahnya dengan dengan menyampaikan wasiat taqwa kepada kaum muslimin yang
menghadiri khutbahnya. Karena itu, kita mendengar para khatib hari ini senantiasa
mengingatkan kita untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Swt. di awal
khutbah mereka. Ayat yang biasanya
disampaikan oleh para khatib untuk mengingatkan kita agar senantiasa
meningkatkan ketaqwaan adalah ayat berikut:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali
Imran: 102)
Di dalam al Quran, Allah Swt. Juga menjelaskan
pentingnya taqwa ini. Ia menjelaskan bahwa taqwa merupakan sebaik-baik bekal
bagi kehidupan manusia. Sebagaimana firmanNya:
وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ
ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٩٧
“Berbekallah kalian, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah
takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (al Baqarah: 197)
Ayat tersebut merupakan petunjuk dari Allah Swt.,
yang menjelaskan bahwa sebaik-baik bekal bagi kehidupan manusia, baik di dunia
maupun di akhirat adalah taqwa. Itu artinya, jika kita ingin mendapatkan
kebahagiaan yang sebenarnya, baik dalam kehidupan di dunia maupun dalam
kehidupan di akhirat, maka kuncinya adalah taqwa. Ini merupakan penjelasan dari
Dzat Yang Maha Benar, sehingga penjelasan ini pasti kebenarannya.
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah ketika
menjelaskan ayat tersebut, berkata, “Bekal yang sebenarnya yang harus
selalu ada di dunia dan di akhirat adalah bekal takwa, ini adalah bekal yang
mesti dibawa untuk negeri akhirat yang kekal abadi. Bekal ini diperlukan untuk
kehidupan sempurna yang penuh kelezatan di akhirat, negeri yang kekal abadi
selamanya. Siapa saja yang meninggalkan bekal ini, perjalanannya akan terputus
dan akan mendapatkan berbagai kesulitan, bahkan ia tak bisa sampai pada negeri
orang yang bertakwa (yaitu surga). Inilah pujian bagi yang bertakwa.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman,
hlm. 92)
Demikian juga dengan Al-Qasimi, ketika menjelaskan
ayat tersebut ia berkata, “Persiapkanlah ketakwaan untuk hari kiamat (yaumul
ma’ad). Karena sudah jadi kepastian bahwa orang yang bersafar di dunia mesti
memiliki bekal. Musafir tersebut membutuhkan makan, minum dan kendaraan. Sama
halnya dengan safar dunia menuju akhirat juga butuh bekal. Bekalnya adalah
dengan ketakwaan pada Allah, dalam arti amal taat dan menjauhi berbagai
larangan Allah. Bekal ini tentu lebih utama dari bekal saat safar di dunia.
Bekal dunia tadi hanya memenuhi keinginan jiwa dan nafsu syahwat. Sedangkan
bekal akhirat (takwa) akan mengantarkan pada kehidupan abadi di akhirat.” (Mahasin At-Ta’wil,
3: 153. Dinukil dari Kunuz Riyadh Ash-Shalihin,
10: 125)
Maka merupakan suatu kepastian jika taqwa merupakan
sebaik-baik bekal bagi manusia agar mendapatkan kebahagiaan hidup yang
sebenarnya, di dunia maupun di akhirat. Sehingga jika kita menginginkan
kehidupan yang berbahagia, baik di dunia maupun di akhirat, maka kita harus
berusaha sekuat tenaga agar dapat meraih derajat taqwa, sebagai sebaik-baik
bekal bagi kehidupan kita guna meraih kebahagiaan yang sebenarnya.
Kaum
Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Karena taqwa merupakan kunci kebahagiaan, karena
taqwa merupakan sebaik-baik bekal dalam kehidupan, maka Allah Swt. Menjadikan
taqwa itu sebagai ukuran kemuliaan seorang hamba. Di dalam al Quran Allah Swt.
berfirman:
إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ
إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
“Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (al Hujurat: 13)
Ayat ini menjelaskan dengan tegas bahwa keunggulan
seorang manusia di dalam Islam, di hadapan Allah Swt., bukanlah dilihat dari banyaknya
harta, tingginya kedudukan, besarnya jabatan atau keindahan fisik semata. Bukan
pula berdasarkan ras, warna kulit, bangsa dan bahasa. Melainkan dilihat dari
ketaqwaannya. Rasulullah Saw. bersabda:
عَنْ
أَبِى ذَرٍّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ لَهُ انْظُرْ فَإِنَّكَ
لَيْسَ بِخَيْرٍ مِنْ أَحْمَرَ وَلاَ أَسْوَدَ إِلاَّ أَنْ تَفْضُلَهُ بِتَقْوَى
Dari Abu
Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepadanya, “Perhatikanlah, tidaklah engkau akan menjadi lenih baik dari
orang yang berkulit merah atau berkulit hitam, sampai engkau mengungguli mereka
dengan takwa.” (HR. Ahmad, 5: 158. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan
bahwa hadits ini shahih dilihat dari sanad
lain)
Sayangnya,
tidak banyak diantara kita yang memperhatikan dengan serius masalah taqwa ini. Banyak
dari kita yang lebih memperhatikan kondisi harta, jabatan, kedudukan dan
penampilan fisik kita. Padahal Allah Swt. Dengan tegas mengatakan bahwa pakaian
terbaik kita adalah taqwa. FirmanNya:
يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ قَدۡ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكُمۡ لِبَاسٗا يُوَٰرِي
سَوۡءَٰتِكُمۡ وَرِيشٗاۖ وَلِبَاسُ ٱلتَّقۡوَىٰ ذَٰلِكَ خَيۡرٞۚ ذَٰلِكَ مِنۡ
ءَايَٰتِ ٱللَّهِ لَعَلَّهُمۡ يَذَّكَّرُونَ ٢٦
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah
sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu
ingat.” (al
‘Araf: 26)
Berdasarkan ayat diatas, Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin menjelaskan bahwa pakaian itu ada dua macam, yaitu pakaian lahir
dan pakaian batin. Pakaian lahir yaitu yang menutupi aurat dan ini sifatnya
primer. Termasuk pakaian lahir juga adalah perhiasan yang disebut dalam ayat di
atas dengan riisya’ yang berarti perhiasan atau penyempurna. Pakaian
batin sendiri adalah pakaian takwa. Pakaian ini lebih baik daripada pakaian
lahir yang nampak.
Setelah menyebutkan dua penjelasan di atas, Syaikh
Ibnu ‘Utsaimin menjelaskan, “Kita dapati bahwa orang-orang begitu semangat
sekali memperhatikan bersihnya pakaiannya yang nampak. Jika ada kotoran yang
menempel di pakaiannya, maka ia akan mencucinya dengan air dan sabun sesuai
kemampuannya. Namun untuk pakaian takwa, sedikit sekali yang mau
memperhatikannya. Jika pakaian batin tersebut kotor, tidak ada yang ambil
peduli. Ingatlah, pakaian takwa itulah yang lebih baik. Itu menunjukkan
seharusnya perhatian kita lebih tinggi pada pakaian takwa dibanding badan dan
pakaian lahir yang nampak. Pakaian takwa itulah yang lebih penting.” (Syarh Riyadh Ash-Shalihin,
4: 266).
Dengan
demikian, marilah dalam momen Idul Adha ini kita tingkatkan perhatian kita
terhadap pakaian taqwa yang merupakan sebaik-baik pakaian, sebaik-baik bekal
untuk kebahagiaan hidup kita di dunia maupun di akhirat.
Kaum
Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Pertanyaannya
sekarang, apa sesungguhnya yang dimaksud dengan taqwa itu?
Taqwa artinya adalah wiqayah, yaitu menjaga
diri dari azab Allah Swt. Caranya dengan melaksanakan semua perintahNya dan
menjauhi segala laranganNya”
Thalq Bin Habib Al’Anazi menjelaskan makna taqwa dengan kalimat:
العَمَلُ بِطَاعَةِ
اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، رَجَاءَ ثَوَابِ اللهِ، وَتَرْكِ مَعَاصِي اللهِ،
عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، مَخَافَةَ عَذَابِ اللهِ
“Taqwa
adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap
ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan takut
terhadap adzab Allah” (Siyar
A’lamin Nubala, 8/175).
Hakikatnya,
kehidupan kita di dunia ini adalah cobaan dan rintangan, maka orang yang
bertaqwa akan senantiasa berhati-hati ketika menjalani kehidupannya di dunia
ini. Ia akan senantiasa menjaga dirinya dari perkara-perkara yang akan
menyebabkan murka dan adzab Allah Swt. semanis dan selezat apapun perkara itu
terlihat. Di sisi yang lain ia akan senantiasa berusaha melaksanakan seluruh
perintah Allah Swt. sekalipun halangan dan rintangannya amat banyak. Iblis dan
bala tentaranya, memang akan selalu
menghiasi larangan Allah Swt. dengan kelezatan, kemudahan dan kenikmatan
yang sifatnya semu. Sementara Iblis dan bala tentaranya juga akan senantiasa
memberikan kesan sulit dan berat terhadap perintah-printah Allah Swt.
Karena
itulah Umar bin Khattab memberikan permisalan tentang orang yang bertaqwa
dengan mengatakan, ”Jika engkau berjalan di jalanan yang banyak duri maka
engkau akan berhati-hati, itulah taqwa”
Intinya
taqwa adalah integralisasi atau penyatuan antara rukun Islam, rukun Iman dan
rukun Ihsan yang harus senantiasa dilakukan, kapanpun dan dimanapun kita
berada. Rasulullah Saw. bersabda:
اتق
الله حيثما كنت ، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن
“Bertaqwalah kepada Allah dimanapun
engkau berada, dan hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau melakukan
kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan
akhlak yang baik‘” (HR.
Ahmad 21354, Tirmidzi 1987, ia berkata: ‘hadits ini hasan shahih’)
Dengan
demikian, taqwa berarti menjalankan seluruh perintah Allah Swt. dan menjauhi
segala laranganNya dalam setiap detik kehidupan kita di sepanjang hidup kita,
kapanpun dan dimanapun kita berada. Artinya orang yang bertaqwa adalah orang
yang senantiasa bertutur kata dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam.
Kaum
Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Di
dalam al Quran, Allah Swt. menjanjikan banyak sekali kebaikan bagi orang-orang
yang bertaqwa. Diantaranya adalah:
- Mendapatkan furqan (Kemampuan untuk
membedakan antara yang benar dan yang salah) dan mendapatkan pengampunan
dari dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Allah Swt. berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَتَّقُواْ ٱللَّهَ
يَجۡعَل لَّكُمۡ فُرۡقَانٗا وَيُكَفِّرۡ عَنكُمۡ سَئَِّاتِكُمۡ وَيَغۡفِرۡ
لَكُمۡۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلۡفَضۡلِ ٱلۡعَظِيمِ ٢٩
”Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan
memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari
kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai
karunia yang besar.” (al-Anfal: 29)
- Mendapatkan berkah dari langit dan bumi, sebagaimana
firman Allah Swt.:
وَلَوۡ
أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ
مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ
يَكۡسِبُونَ ٩٦
”Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya” (al ’Araf: 96)
- Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan, sebagaimana firman Allah Swt.:
…وَمَن
يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا ٢
”...Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (ath Thalaq: 2)
- Mendapatkan rizqi dari jalan yang tidak
disangka-sangka, sebagaimana firman Allah Swt.:
وَيَرۡزُقۡهُ
مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ ….
”Dan memberinya
rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (ath Thalaq: 3)
- Mendapatkan kemudahan dalam urusannya, sebagaimana
firman Allah Swt.:
وَمَن
يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مِنۡ أَمۡرِهِۦ يُسۡرٗا ٤
”Dan barang -siapa yang bertakwa
kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (ath Thalaq: 4)
Inilah
sebagian janji Allah Swt bagi orang-orang yang bertaqwa. Dan tentu saja, pahala
terbesar yang akan didapatkan oleh orang yang bertaqwa adalah dimasukan ke
dalam surga Allah Swt. Dan kemudian diizinkan melihat wajah Allah Swt.
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Untuk dapat
terus menjaga dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Swt. Ada tiga
perkara yang dapat kita lakukan, yaitu:
Pertama, senantiasa
menambah ilmu dan pemahaman kita tentang Taqwa.
Sebab di dalam Islam, tidak akan diterima satu amal
kecuali berdasarkan ilmu yang benar, ilmu yang bersumber dari al Quran dan as
Sunnah. Maka ketika kita ingin menjaga dan terus meningkatkan ketaqwaan kita,
wajib bagi kita untuk senantiasa menambah ilmu dan pemahaman kita tentang taqwa
itu sendiri dan tentang agama Islam secara umum. Banyak cara yang dapat kita
lakukan untuk menambah ilmu dan pemahaman kita. Bisa dengan membaca buku,
membaca artikel dari media massa, mendengarkan ceramah secara online, dan tentu
saja yang paling utama adalah menghadiri majlis ilmu.
Kedua, mengamalkan
ilmu dan pemahaman yang sudah kita dapatkan.
Kemudian ilmu dan pemahaman yang sudah kita
dapatkan itu, segera kita amalkan. Sebab Allah Swt. sangat membenci orang yang
sudah memiliki ilmu tentang suatu kebaikan tapi tidak ia amalkan. Maka
perbanyaklah beramal ibadah dan beramal shalih sebagai usaha untuk menjaga dan
terus meningkatkan ketaqwaan kita.
Ketiga, berdo’a agar
dikaruniakan ketaqwaan oleh Allah Swt.
Usaha kita untuk menjaga dan meningkatkan ketaqwaan
kita itu harus senantiasa dibarengi dengan berdo’a kepada Allah Swt. Sebab kita
adalah makhluk yang amat lemah, tidak akan mungkin dapat menjaga dan
meningkatkan ketaqwaan kita tanpa bantuan dan pertolongan dari Allah Swt.
Rasulullah Saw. banyak mencontohkan kita untuk
berdo’a meminta ketaqwaan. Diantara do’a yang beliau contohkan adalah:
اللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan,
keterjagaan, dan kekayaan”
Kaum
Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Semoga momen Idul Adha kali ini dapat kita jadikan
sebagai landasan bagi kita untuk terus menjaga dan meningkatkan ketaqwaan kita
kepada Allah Swt. Kita berdo’a kepada Allah Swt. semoga ketaqwaan itu akan
terus berada di dalam diri kita sampai ajal menjemput kita. Sehingga ketaqwaan
itu dapat menjadi bekal terbaik kita ketika kita menghadap Allah Swt. untuk
mempertanggungjawabkan semua amal ibadah kita selama kita di dunia ini.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ
قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ
أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ
وِلَايَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ
الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ
عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ، وَارْزُقْهُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَاصِحَةَ يَا
رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا
مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ ، وَمِنْ
طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ
بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا ، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا
وَأَبْصَارِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ
ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلا
تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا ، وَلا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا
وَلا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لا يَرْحَمُنَا
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد
وعلى آله وصحبه وسلم
*(Disampaikan dalam khutbah
Idul Adha 1438 H di lapangan masjid Ar-Raudhah Bulog 3 Jatiwarna)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar