Minggu, 15 Oktober 2017

RAHASIA TAQWA DIBALIK IDUL ADHA; BEKAL TERBAIK KEHIDUPAN KITA


Oleh: Dwi Budiman Abu Dzakir

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ ِباللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّابَعْدُ؛ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya”

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Puji dan syukur mari tak henti-hentinya kita panjatkan kepada Allah Swt atas segala nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah Saw, kepada keluarga beliau, para sahabat beliau dan seluruh pengikut beliau yang senantiasa tunduk dan patuh kepada sunnah-sunnah beliau.
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Hari ini kita sama-sama merayakan Idul Adha Tahun 1438 H. Di hari raya ini, ada dua ibadah yang dilaksanakan oleh kaum muslimin secara bersamaan. Pertama adalah ibadah qurban yang akan kita lakukan selepas pelaksanaan shalat Idul Adha ini. Kedua, ibadah haji yang dilaksanakan oleh saudara-saudara kita dari seluruh penjuru dunia di Kota Makkah al Mukarramah. Yang menarik, ada satu kesamaan dari kedua ibadah tersebut, yaitu keduanya sama-sama memiliki tujuan yang sama, yaitu agar orang yang melaksanakannya mencapai derajat taqwa.


Di dalam al Quran surat al Hajj ayat 37, Allah Swt berfirman:
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٣٧
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Ayat ini terdapat dalam gugusan ayat tentang ibadah Haji. Dengan demikian, para ulama tafsir menjelaskan bahwa baik ibadah haji maupun ibadah qurban, kedua-duanya memiliki tujuan yang sama, yaitu agar orang yang melaksanakannya mencapai derajat taqwa.
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Selain ibadah haji dan qurban, ibadah-ibadah lain dalam Islam pun memiliki tujuan yang sama, yaitu agar orang yang melaksanakannya mendapatkan derajat taqwa. Ibadah shaum di bulan ramadhan misalnya, Allah Swt, jelaskan sebagai wahana orang-orang beriman untuk mendapatkan ketaqwaan. Sebagaimana firmanNya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (al Baqarah: 183)
Hal ini menunjukan kepada kita bahwa ketaqwaan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan kita sebagai seorang muslim.
Pentingnya kedudukan taqwa juga dapat kita lihat dari tata cara Rasulullah berkhutbah. Dimana beliau senantiasa memulai khutbahnya dengan dengan menyampaikan wasiat taqwa kepada kaum muslimin yang menghadiri khutbahnya. Karena itu, kita mendengar para khatib hari ini senantiasa mengingatkan kita untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Swt. di awal khutbah mereka.  Ayat yang biasanya disampaikan oleh para khatib untuk mengingatkan kita agar senantiasa meningkatkan ketaqwaan adalah ayat berikut:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran: 102)

Di dalam al Quran, Allah Swt. Juga menjelaskan pentingnya taqwa ini. Ia menjelaskan bahwa taqwa merupakan sebaik-baik bekal bagi kehidupan manusia. Sebagaimana firmanNya:
وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٩٧
“Berbekallah kalian, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (al Baqarah: 197)

Ayat tersebut merupakan petunjuk dari Allah Swt., yang menjelaskan bahwa sebaik-baik bekal bagi kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat adalah taqwa. Itu artinya, jika kita ingin mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya, baik dalam kehidupan di dunia maupun dalam kehidupan di akhirat, maka kuncinya adalah taqwa. Ini merupakan penjelasan dari Dzat Yang Maha Benar, sehingga penjelasan ini pasti kebenarannya.
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah ketika menjelaskan ayat tersebut, berkata, “Bekal yang sebenarnya yang harus selalu ada di dunia dan di akhirat adalah bekal takwa, ini adalah bekal yang mesti dibawa untuk negeri akhirat yang kekal abadi. Bekal ini diperlukan untuk kehidupan sempurna yang penuh kelezatan di akhirat, negeri yang kekal abadi selamanya. Siapa saja yang meninggalkan bekal ini, perjalanannya akan terputus dan akan mendapatkan berbagai kesulitan, bahkan ia tak bisa sampai pada negeri orang yang bertakwa (yaitu surga). Inilah pujian bagi yang bertakwa.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hlm. 92)
Demikian juga dengan Al-Qasimi, ketika menjelaskan ayat tersebut ia berkata, “Persiapkanlah ketakwaan untuk hari kiamat (yaumul ma’ad). Karena sudah jadi kepastian bahwa orang yang bersafar di dunia mesti memiliki bekal. Musafir tersebut membutuhkan makan, minum dan kendaraan. Sama halnya dengan safar dunia menuju akhirat juga butuh bekal. Bekalnya adalah dengan ketakwaan pada Allah, dalam arti amal taat dan menjauhi berbagai larangan Allah. Bekal ini tentu lebih utama dari bekal saat safar di dunia. Bekal dunia tadi hanya memenuhi keinginan jiwa dan nafsu syahwat. Sedangkan bekal akhirat (takwa) akan mengantarkan pada kehidupan abadi di akhirat.” (Mahasin At-Ta’wil, 3: 153. Dinukil dari Kunuz Riyadh Ash-Shalihin, 10: 125)

Maka merupakan suatu kepastian jika taqwa merupakan sebaik-baik bekal bagi manusia agar mendapatkan kebahagiaan hidup yang sebenarnya, di dunia maupun di akhirat. Sehingga jika kita menginginkan kehidupan yang berbahagia, baik di dunia maupun di akhirat, maka kita harus berusaha sekuat tenaga agar dapat meraih derajat taqwa, sebagai sebaik-baik bekal bagi kehidupan kita guna meraih kebahagiaan yang sebenarnya.

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Karena taqwa merupakan kunci kebahagiaan, karena taqwa merupakan sebaik-baik bekal dalam kehidupan, maka Allah Swt. Menjadikan taqwa itu sebagai ukuran kemuliaan seorang hamba. Di dalam al Quran Allah Swt. berfirman:
إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (al Hujurat: 13)

Ayat ini menjelaskan dengan tegas bahwa keunggulan seorang manusia di dalam Islam, di hadapan Allah Swt., bukanlah dilihat dari banyaknya harta, tingginya kedudukan, besarnya jabatan atau keindahan fisik semata. Bukan pula berdasarkan ras, warna kulit, bangsa dan bahasa. Melainkan dilihat dari ketaqwaannya. Rasulullah Saw. bersabda:
عَنْ أَبِى ذَرٍّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ لَهُ انْظُرْ فَإِنَّكَ لَيْسَ بِخَيْرٍ مِنْ أَحْمَرَ وَلاَ أَسْوَدَ إِلاَّ أَنْ تَفْضُلَهُ بِتَقْوَى

Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Perhatikanlah, tidaklah engkau akan menjadi lenih baik dari orang yang berkulit merah atau berkulit hitam, sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa.” (HR. Ahmad, 5: 158. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari sanad lain)

Sayangnya, tidak banyak diantara kita yang memperhatikan dengan serius masalah taqwa ini. Banyak dari kita yang lebih memperhatikan kondisi harta, jabatan, kedudukan dan penampilan fisik kita. Padahal Allah Swt. Dengan tegas mengatakan bahwa pakaian terbaik kita adalah taqwa. FirmanNya:

يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ قَدۡ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكُمۡ لِبَاسٗا يُوَٰرِي سَوۡءَٰتِكُمۡ وَرِيشٗاۖ وَلِبَاسُ ٱلتَّقۡوَىٰ ذَٰلِكَ خَيۡرٞۚ ذَٰلِكَ مِنۡ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ لَعَلَّهُمۡ يَذَّكَّرُونَ ٢٦
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (al ‘Araf: 26)

Berdasarkan ayat diatas, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan bahwa pakaian itu ada dua macam, yaitu pakaian lahir dan pakaian batin. Pakaian lahir yaitu yang menutupi aurat dan ini sifatnya primer. Termasuk pakaian lahir juga adalah perhiasan yang disebut dalam ayat di atas dengan riisya’ yang berarti perhiasan atau penyempurna. Pakaian batin sendiri adalah pakaian takwa. Pakaian ini lebih baik daripada pakaian lahir yang nampak.
Setelah menyebutkan dua penjelasan di atas, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin menjelaskan, “Kita dapati bahwa orang-orang begitu semangat sekali memperhatikan bersihnya pakaiannya yang nampak. Jika ada kotoran yang menempel di pakaiannya, maka ia akan mencucinya dengan air dan sabun sesuai kemampuannya. Namun untuk pakaian takwa, sedikit sekali yang mau memperhatikannya. Jika pakaian batin tersebut kotor, tidak ada yang ambil peduli. Ingatlah, pakaian takwa itulah yang lebih baik. Itu menunjukkan seharusnya perhatian kita lebih tinggi pada pakaian takwa dibanding badan dan pakaian lahir yang nampak. Pakaian takwa itulah yang lebih penting.” (Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 4: 266).
Dengan demikian, marilah dalam momen Idul Adha ini kita tingkatkan perhatian kita terhadap pakaian taqwa yang merupakan sebaik-baik pakaian, sebaik-baik bekal untuk kebahagiaan hidup kita di dunia maupun di akhirat.

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Pertanyaannya sekarang, apa sesungguhnya yang dimaksud dengan taqwa itu?
Taqwa artinya adalah wiqayah, yaitu menjaga diri dari azab Allah Swt. Caranya dengan melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi segala laranganNya”
Thalq Bin Habib Al’Anazi menjelaskan makna taqwa dengan kalimat:
العَمَلُ بِطَاعَةِ اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، رَجَاءَ ثَوَابِ اللهِ، وَتَرْكِ مَعَاصِي اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، مَخَافَةَ عَذَابِ اللهِ
“Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan takut terhadap adzab Allah” (Siyar A’lamin Nubala, 8/175).
Hakikatnya, kehidupan kita di dunia ini adalah cobaan dan rintangan, maka orang yang bertaqwa akan senantiasa berhati-hati ketika menjalani kehidupannya di dunia ini. Ia akan senantiasa menjaga dirinya dari perkara-perkara yang akan menyebabkan murka dan adzab Allah Swt. semanis dan selezat apapun perkara itu terlihat. Di sisi yang lain ia akan senantiasa berusaha melaksanakan seluruh perintah Allah Swt. sekalipun halangan dan rintangannya amat banyak. Iblis dan bala tentaranya, memang akan selalu  menghiasi larangan Allah Swt. dengan kelezatan, kemudahan dan kenikmatan yang sifatnya semu. Sementara Iblis dan bala tentaranya juga akan senantiasa memberikan kesan sulit dan berat terhadap perintah-printah Allah Swt.
Karena itulah Umar bin Khattab memberikan permisalan tentang orang yang bertaqwa dengan mengatakan, ”Jika engkau berjalan di jalanan yang banyak duri maka engkau akan berhati-hati, itulah taqwa”
Intinya taqwa adalah integralisasi atau penyatuan antara rukun Islam, rukun Iman dan rukun Ihsan yang harus senantiasa dilakukan, kapanpun dan dimanapun kita berada. Rasulullah Saw. bersabda:
اتق الله حيثما كنت ، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن
“Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, dan hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik‘” (HR. Ahmad 21354, Tirmidzi 1987, ia berkata: ‘hadits ini hasan shahih’)

Dengan demikian, taqwa berarti menjalankan seluruh perintah Allah Swt. dan menjauhi segala laranganNya dalam setiap detik kehidupan kita di sepanjang hidup kita, kapanpun dan dimanapun kita berada. Artinya orang yang bertaqwa adalah orang yang senantiasa bertutur kata dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam.
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Di dalam al Quran, Allah Swt. menjanjikan banyak sekali kebaikan bagi orang-orang yang bertaqwa. Diantaranya adalah:

  1. Mendapatkan furqan (Kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah) dan mendapatkan pengampunan dari dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Allah Swt. berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَتَّقُواْ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّكُمۡ فُرۡقَانٗا وَيُكَفِّرۡ عَنكُمۡ سَيِّ‍َٔاتِكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلۡفَضۡلِ ٱلۡعَظِيمِ ٢٩
”Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (al-Anfal: 29)

  1. Mendapatkan berkah dari langit dan bumi, sebagaimana firman Allah Swt.:
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ٩٦
”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (al ’Araf: 96)

  1. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan, sebagaimana firman Allah Swt.:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا ٢
”...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (ath Thalaq: 2)

  1. Mendapatkan rizqi dari jalan yang tidak disangka-sangka, sebagaimana firman Allah Swt.:
وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ ….
”Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (ath Thalaq: 3)
  1. Mendapatkan kemudahan dalam urusannya, sebagaimana firman Allah Swt.:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مِنۡ أَمۡرِهِۦ يُسۡرٗا ٤
”Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (ath Thalaq: 4)

Inilah sebagian janji Allah Swt bagi orang-orang yang bertaqwa. Dan tentu saja, pahala terbesar yang akan didapatkan oleh orang yang bertaqwa adalah dimasukan ke dalam surga Allah Swt. Dan kemudian diizinkan melihat wajah Allah Swt.

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Untuk dapat terus menjaga dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Swt. Ada tiga perkara yang dapat kita lakukan, yaitu:
Pertama, senantiasa menambah ilmu dan pemahaman kita tentang Taqwa.
Sebab di dalam Islam, tidak akan diterima satu amal kecuali berdasarkan ilmu yang benar, ilmu yang bersumber dari al Quran dan as Sunnah. Maka ketika kita ingin menjaga dan terus meningkatkan ketaqwaan kita, wajib bagi kita untuk senantiasa menambah ilmu dan pemahaman kita tentang taqwa itu sendiri dan tentang agama Islam secara umum. Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk menambah ilmu dan pemahaman kita. Bisa dengan membaca buku, membaca artikel dari media massa, mendengarkan ceramah secara online, dan tentu saja yang paling utama adalah menghadiri majlis ilmu.
Kedua, mengamalkan ilmu dan pemahaman yang sudah kita dapatkan.
Kemudian ilmu dan pemahaman yang sudah kita dapatkan itu, segera kita amalkan. Sebab Allah Swt. sangat membenci orang yang sudah memiliki ilmu tentang suatu kebaikan tapi tidak ia amalkan. Maka perbanyaklah beramal ibadah dan beramal shalih sebagai usaha untuk menjaga dan terus meningkatkan ketaqwaan kita.
Ketiga, berdo’a agar dikaruniakan ketaqwaan oleh Allah Swt.
Usaha kita untuk menjaga dan meningkatkan ketaqwaan kita itu harus senantiasa dibarengi dengan berdo’a kepada Allah Swt. Sebab kita adalah makhluk yang amat lemah, tidak akan mungkin dapat menjaga dan meningkatkan ketaqwaan kita tanpa bantuan dan pertolongan dari Allah Swt.
Rasulullah Saw. banyak mencontohkan kita untuk berdo’a meminta ketaqwaan. Diantara do’a yang beliau contohkan adalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
 “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, keterjagaan, dan kekayaan”

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah Swt.
Semoga momen Idul Adha kali ini dapat kita jadikan sebagai landasan bagi kita untuk terus menjaga dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Swt. Kita berdo’a kepada Allah Swt. semoga ketaqwaan itu akan terus berada di dalam diri kita sampai ajal menjemput kita. Sehingga ketaqwaan itu dapat menjadi bekal terbaik kita ketika kita menghadap Allah Swt. untuk mempertanggungjawabkan semua amal ibadah kita selama kita di dunia ini.
    

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ، وَارْزُقْهُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَاصِحَةَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا ، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا ، وَلا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لا يَرْحَمُنَا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
*(Disampaikan dalam khutbah Idul Adha 1438 H di lapangan masjid Ar-Raudhah Bulog 3 Jatiwarna)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENEGUHKAN KEMERDEKAAN DENGAN DA’WAH

  Oleh: Dr. Dwi Budiman Assiroji (Ketua STID Mohammad Natsir)   Tahun ini kita memperingati kemerdekaan negara kita yang ke 79. Artiny...