Minggu, 04 Oktober 2020

SELAMAT DATANG KADER DA’I ILALLAH

(Sambutan Pembukaan Mastama STID Mohammad Natsir Tahun Akademik 2020-2021)

الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ المُشْرِكُوْنَ  أَشْهَدُ أَنْ لاإِلهَ إِلا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ   اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ  …أَمَّا بَعْدُ

Puji dan syukur mari sama-sama kita panjatkan kepada Allah Ta’ala, atas segala nikmat yang telah Allah Ta’ala anugerahkan kepada kita semua, termasuk dan terutama adalah nikmat diutusnya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yang membawa ajaran Islam bagi keselamatan hidup kita di dunia maupun di akhirat. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah Ta’ala curahkan kepada Nabiyullah Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau, para sahabat beliau dan seluruh pengikut beliau yang senantiasa istiqomah melanjutkan tugas kerasulan beliau dengan menegakkan da’wah.

Alhamdulillah, hari ini kita semua Allah Ta’ala takdirkan untuk berkumpul pada majlis virtual, dalam  rangka mengikuti pembukaan acara Masa Ta’aruf Mahasiswa (Mastama) Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah (STID) Mohammad Natsir Tahun Akademik 2020-2021. Mastama adalah acara rutin tahunan yang dilaksanakan oleh STID Mohammad Natsir dalam rangka menyambut kedatangan mahasiswa baru, para kader da’i yang akan mengikuti proses pengkaderan di STID Mohammad Natsir.


Tujuan dari Mastama ini adalah untuk mengenalkan kepada mahasiswa baru, para kader da’i, mengenai sistem kaderisasi yang telah disiapkan oleh STID Mohammad Natsir. Dimana sistem kaderisasi ini wajib diikuti dan dijalani oleh antum semuanya. Dengan harapan, pengenalan ini akan semakin memantapkan langkah antum semua sebagai kader da’i, untuk meniti jalan da’wah yang mulia ini. Karena itu, dengan mengikuti Mastama ini artinya antum semua sudah siap mewakafkan diri antum untuk ikut sama-sama berjuang di jalan da’wah yang agung ini.

Jalan da’wah adalah jalan yang agung dan mulia, karena ia adalah satu-satunya jalan yang sudah terbukti dapat menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, dari kekafiran menuju keimanan, dari kemusyrikan menuju ketauhidan. Inilah jalannya orang-orang yang beriman, jalannya orang-orang yang senantiasa dibersamai oleh Allah Ta’ala, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

ٱللَّهُ وَلِيُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَوۡلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخۡرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِۗ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٢٥٧

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (Al-Baqarah: 257)

 

Ayat di atas juga mengisyarakatkan bahwa jalan da’wah yang berusaha mengajak manusia dari kegelapan kepada cahaya, akan senantiasa berhadapan dengan jalan orang-orang kafir yang berusaha mengajak manusia keluar dari cahaya kepada kekafiran. Inilah pertarungan sepanjang zaman yang dulu dilakoni oleh para nabi dan rasul menghadapi musuh-musuh da’wah di zaman mereka masing-masing. Dan kita lah sekarang yang sedang menjadi pelaku pertarungan itu, sebagai penerus para nabi dan rasul.

Para kader da’i yang dirahmati Allah Ta’ala

Karena da’wah adalah jalan yang agung dan mulia, maka para da’i sebagai orang yang menegakan da’wah ini, Allah Ta’ala tetapkan sebagai orang yang seruannya paling mulia. Sebagaimana firmanNya:

وَمَنۡ أَحۡسَنُ قَوۡلٗا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ ٣٣

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”. (Fushilat: 33)

Maka berbahagialah antum semua, yang sudah memutuskan untuk mewakafkan diri berjuang di jalan da’wah ini. Karena antum semua adalah orang-orang yang seruannya paling mulia di sisi Allah Ta’ala. Karena kemuliaan itulah, maka Allah Ta’ala akan senantiasa membersamai dan melindungi, siapapun yang menegakkan da’wah ini.   

Karena itu, tancapkan tekad dalam hati antum semua untuk istiqomah di jalan da’wah ini. Termasuk istiqomah dalam mengikuti proses kaderisasi di STID Mohammad Natsir. Terkait dengan hal ini, saya ingin menyampaikan dua hal kepada antum semua, yaitu:

Pertama, sebagai kader da’i, antum adalah pasukan khusus dalam gerakan da’wah ini. Antum disiapkan untuk menjadi kader yang menghabiskan seluruh usia, waktu, tenaga, dan fikiran yang dimiliki di jalan da’wah ini. Antum, disiapkan untuk dapat senantiasa istiqomah menegakan da’wah di tengah-tengah manusia. Dalam bahasa Pak Natsir antum adalah “korps” yang mempersiapkan diri dan selalu siap untuk menghadapi lawan di medan jihad mental dan spiritual. Di medan ini berlaku “pertempuran” terus menerus; pertempuran antara ma’ruf dan munkar, konfrontasi yang tak kenal musim. (M. Natsir, Fiqhud Da’wah: 131).

Maka itu, antum harus dipersiapkan untuk dapat menguasai ajaran Islam dengan baik, sebaik yang dulu difahami oleh Rasulullah dan para sahabat beliau. Karena ajaran Islam adalah materi da’wah yang harus antum sampaikan kepada manusia. Antum juga harus dibekali dengan ilmu da’wah, sebagai senjata dalam menegakkan da’wah ini kelak.

Hal ini sesuai dengan perintah Allah Ta’ala dalam surah At-Taubah ayat 22:

۞وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ 

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (At Taubah: 122)

Antum sebagai thaaifah (kelompok khusus), harus dipersiapakan untuk tafaqquh fid-diin (memahami agama Islam dengan baik), sebagai persiapan ketika harus liyundziraa qoumahum (memberikan peringatan kepada kaumnya), ketika datang waktunya antum harus menegakkan da’wah ini.

Itulah dua hal diantara sekian banyak yang akan antum dapatkan di STID Mohammad Natsir, pemahaman terhadap ajaran Islam yang baik dan benar dan pemahaman terkait dengan cara berda’wah yang baik dan benar.

Kedua, dari sekarang antum harus menyadari bahwa jalan da’wah adalah jalan yang penuh dengan rintangan dan cobaan. Karena itu para da’i adalah orang-orang yang pasti akan menghadapi rintangan dan cobaan itu di sepanjang jalan da’wah yang dilaluinya.

Hal ini diisyaratkan oleh Allah Ta’ala dalam firmanNya:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُونَ ١١٢

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Al-An’am: 112)

 

Inilah sunnatullah fid-da’wah, keniscayaan yang pasti akan dihadapi oleh para da’i.

Maka itu, persiapkan diri dari sekarang untuk menghadapi rintangan dan cobaan tersebut. Pupuk kesabaran dalam diri, karena hanya kesabaranlah yang dapat menghadapi semua rintangan dan cobaan tersebut. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala, ketika memerintahkan untuk bersabar, Allah Ta’ala perintahkan kita untuk bersabar sebagaimana bersabarnya ulul ‘azmi minarrusul:

فَٱصۡبِرۡ كَمَا صَبَرَ أُوْلُواْ ٱلۡعَزۡمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar.” (Al-Ahqof: 35)

 

Demikian juga ketika Allah Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk ber-tawashaw bil-haq (saling menasihati dalam kebenaran), Allah Ta’ala kemudian menyusulkan perintah itu dengan perintah untuk bersabar, wa tawaashaw bish-shobr (saling menasihati dalam kesabaran). Artinya, orang yang menegakan da’wah, menasihati orang untuk mengikuti kebaikan, ia pasti akan menghadapi rintangan dan cobaan, maka itu ia harus bersabar.

Demikian pula ketika Luqman memerintahkan kepada anaknya untuk menegakan al-amru bil ma’ruf wan-nahyu ‘anil munkar (memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan munkar), Luqman menyusulkan perintah itu dengan perintah untuk bersabar.

يَٰبُنَيَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱنۡهَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ ١٧

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Luqman: 17)

 

Ayat ini kembali menegaskan bahwa jalan da’wah adalah jalan yang pasti penuh dengan rintangan dan cobaan. Maka siapa saja yang meniti jalan da’wah ini, wajib mempersiapkan diri untuk menghadapi rintangan dan cobaan dengan kesabaran. Pak Natsir mengatakan, “Satu kali engkau mencampungkan diri dalam masyarakat manusia, mengajak ummat kepada jalan yang benar, melarang menempuh jalan yang salah, pasti engkau akan berhadapan dengan bermacam rintangan, halangan, dan cobaan. Maka berhati teguhlah engkau menghadapinya”. (Fiqhud Da’wah: 294)

Maka, dalam sistem kaderisasi di STID Mohammad Natsir, yang disiapkan bukan hanya ilmu dan pemahaman  para kader da’i tentang ajaran Islam dan ilmu da’wah, tapi juga yang tidak kalah penting adalah karakter da’i yang harus dimiliki para kader, terutama kesiapan untuk bersabar dalam menghadapi rintangan dan cobaan tadi. Sehingga, selain perkuliahan di kelas, STID Mohammad Natsir juga mempersiapkan pembinaan karakter di Pesantren Mahasiswa dengan segala macam program yang telah disiapkan. Pembinaan karakter keda’ian inilah yang menjadi core value (nilai utama) yang ada di Kampus Da’wah STID Mohammad Natsir. Artinya, kepintaran dalam menguasai ajaran Islam dan ilmu da’wah tidak ada nilainya tanpa dibarengi dengan kekuatan karakter da’i yang menancap dalam jiwa seorang kader.

Para Kader Da’i yang dirahmati Allah Ta’ala

Rintangan dan cobaan itu, sudah mulai antum hadapi hari ini. Acara Mastama yang biasanya dilakukan secara tatap muka (luring) di kampus STID Mohammad Natsir, terpaksa harus kita lakukan secara daring. Sudah pasti banyak kekurangan dan kesulitan yang akan kita alami selama mengikuti Mastama secara daring ini. Tapi inilah bagian dari rintangan dan cobaan di jalan da’wah itu, maka bersabarlah dalam menghadapinya.

Kondisi ini, sebagaimana yang sudah sama-sama kita fahami, disebabkan karena datangnya wabah virus Covid-19 yang sampai hari ini, khususnya di negara kita, masih terus naik, belum menunjukan penurunan. Terkait dengan ini, ada satu hal yang harus sama-sama kita fahami, bahwa karena wabah virus Covid-19 maka kemungkinan tantangan da’wah yang akan antum hadapi kemudian akan semakin berat. Tantangan yang semakin berat itu, disebabkan karena semakin memasyarakatnya digitalisasi kehidupan manusia.

Sebelum wabah virus Covid-19 datang, kehidupan kita sudah memasuki era digital, dalam arti hampir seluruh sisi kehidupan kita sudah dipengaruhi oleh digitalisasi. Namun demikian, belum banyak orang yang menggunakan sistem kehidupan yang digital itu. Tetapi setelah wabah virus Covid-19 datang, semua manusia “dipaksa” berbondong-bondong beralih kepada kehidupan digital hampir di seluruh sisi kehidupannya. Dari sinilah kemudian, semakin banyak kemunkaran digital yang dilakukan oleh manusia. Inilah tantangan berat yang akan antum hadapi ke depan.

Karena itulah antum ditakdirkan Allah Ta’ala, di awal proses pengkaderan di STID Mohammad Natsir ini, menghadapi rintangan dan cobaan yang cukup berat. Karena antum sedang Allah Ta’ala persiapkan untuk menghadapi tantangan da’wah yang semakin berat di masa depan.  

Para Kader Da’i yang dirahmati Allah Ta’ala

Demikian sambutan yang dapat saya sampaikan, yang benar datangnya dari Allah Ta’ala, yang salah semoga Allah Ta’ala memaafkan saya dan kita semua.

اَقُوْلُ قَوْلىِ هَذَا واسْتَغْفِرُاللهِ لىِ وَلَكُمْ

Bekasi, 19 Muharram 1442 H. / 07 September 2020 M.

 

Dr. Dwi Budiman Assiroji, M.Pd.I.

Ketua STID Mohammad Natsir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENEGUHKAN KEMERDEKAAN DENGAN DA’WAH

  Oleh: Dr. Dwi Budiman Assiroji (Ketua STID Mohammad Natsir)   Tahun ini kita memperingati kemerdekaan negara kita yang ke 79. Artiny...