Hari-hari
ini banyak ahli mengatakan bahwa salah satu penyakit yang sedang mendera bangsa
kita, baik pejabat maupun masyarakatnya, adalah hilangnya atau setidaknya
berkurangnya integritas. Ada dua syarat minimal seseorang dapat dikatakan
memiliki integritas, yaitu memiliki kejujuran dan sikap amanah. Dua karakter
itulah yang kini mulai dirasakan hilang dari tengah-tengah kehidupan bangsa
kita. Akibatnya adalah, korupsi semakin merajalela, kebohongan semakin terlihat
nyata.
Bagi orang
beriman, kejujuran dan sikap amanah adalah satu keharusan. Karena itulah orang
beriman seharusnya otomatis menjadi orang yang memiliki integritas. Setidaknya ada
tiga sebab kenapa orang beriman harus memiliki kejujuran dan sikap amanah,
yaitu:
Pertama, orang
beriman meyakini bahwa salah satu sifat Allah adalah Maha Mengetahui (‘aliimun).
Sehingga ia meyakini bahwa segala yang diucapkan dan diperbuatnya pasti
diketahui oleh Allah Swt. baik ucapan dan perbuatan itu dilakukan secara dzohir
maupun batin, dilakukan ditengah keramaian ataupun dalam keadaan seorang diri. Sebagaimana
firmanNya:
هُوَ ٱلۡأَوَّلُ
وَٱلۡأٓخِرُ وَٱلظَّٰهِرُ وَٱلۡبَاطِنُۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٌ
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin;
dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Hadid: 3)
Karena itu,
dalam keadaan apapun orang beriman harus senantiasa bersikap jujur dan amanah,
karena ia meyakini senantiasa berada dalam pengetahuan Allah Swt. Keyakinan ini
akan menjadikan integritas yang dimiliki orang beriman menjadi sangat kuat. Sebab
integritas itu tidak tergantung kepada pengawasan manusia yang sangat terbatas.
Akan tetapi terikat dengan pengawasan Allah Swt. yang senantiasa melekat,
kapanpun dan dimanapun ia berada.
Kedua, orang
beriman meyakini bahwa sekecil apapun kebaikan yang dilakukannya pasti akan
mendapatkan balasan dari Allah Swt. Demikian sebaliknya, sekecil apapun
kejahatan yang dilakukannya pasti akan mendapatkan balasan dari Allah Swt. Sebagaimana
firman Allah Swt.:
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا
يَرَهُ . وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa yang
mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula.”
(Al-Zalzalah: 7-8)
Sehingga dengan keyakinan
ini orang beriman akan menjaga dirinya untuk senantiasa bersikap jujur dan
amanah dalam hal sekecil apapun. Sebab ia meyakini, sekecil apapun sikap itu
akan mendapatkan balasan pahala dari Allah Swt. sebaliknya, sekecil apapun
pelanggaran terhadap kedua sikap itu akan mendapatkan balasan hukuman dari
Allah Swt.
Dengan keyakinan ini,
integritas orang beriman menjadi lebih kuat, sebab yang diharapkan bukan
semata-mata imbalan duniawi yang bersifat materi, seperti jabatan dan kenaikan
pangkat. Melainkan sesuatu yang jauh lebih besar dari itu, yaitu pahala dari
Allah Swt. Sebaliknya, ia akan menjauhi kebohongan dan sikap khianat, bukan
karena takut hukuman dari KPK atau kepolisin, namun semata-mata karena takut
akan hukuman dari Allah Swt.
Ketiga, Allah Swt. memerintahkan
kepada orang beriman untuk menjadi orang yang jujur dan bersikap amanah. Perintah
untuk menjadi orang yang jujur terdapat dalam surah At-Taubah ayat 119:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.”
Perintah Allah Swt. kepada
orang beriman agar berkumpul bersama orang-orang yang jujur memiliki makna
perintah untuk menjadi orang yang jujur. Sebab tidak mungkin seseorang dapat
berkumpul dengan orang-orang yang jujur sementara dia sendiri bukan seorang
yang jujur. Karena itu syarat agar dapat berkumpul dengan orang-orang yang
jujur adalah dia harus menjadi seorang yang jujur pula.
Sementara perintah untuk
memiliki sikap amanah terdapat dalam surah Al-Maidah ayat 1:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَوۡفُواْ بِٱلۡعُقُودِۚ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.”
Perintah untuk memenuhi
aqad atau perjanjian adalah perintah untuk bersikap amanah. Sebab hanya orang
yang bersikap amanahlah yang dapat memenuhi perjanjian yang sudah dibuatnya. Hanya
orang yang amanah pula yang selalu memenuhi janji-janji yang sudah dibuatnya.
Dengan demikian orang
beriman harus menjadi orang yang jujur dan bersikap amanah, karena keduanya
merupakan perintah Allah Swt.
Sehingga integritas orang
beriman akan menjadi sangat kuat sebab sikap ini muncul bukan karena tuntutan hukum
yang diberlakukan Negara, bukan pula karena peraturan perusahaan tempatnya
bekerja. Namun karena sikap ini adalah perintah dari Sang Maha Pencipta, Allah
Swt.
Itulah tiga karakter
integritas orang beriman, yang menjadikan integritasnya menjadi sangat kuat
karena didasarkan kepada keimanan yang dimilikinya. Maka jika ada orang yang
mengaku beriman namun tidak memiliki integritas, sesungguhnya keimanannya masih
belum sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar