Jumat, 07 Februari 2020

INTEGRITAS ORANG BERIMAN



Hari-hari ini banyak ahli mengatakan bahwa salah satu penyakit yang sedang mendera bangsa kita, baik pejabat maupun masyarakatnya, adalah hilangnya atau setidaknya berkurangnya integritas. Ada dua syarat minimal seseorang dapat dikatakan memiliki integritas, yaitu memiliki kejujuran dan sikap amanah. Dua karakter itulah yang kini mulai dirasakan hilang dari tengah-tengah kehidupan bangsa kita. Akibatnya adalah, korupsi semakin merajalela, kebohongan semakin terlihat nyata.
Bagi orang beriman, kejujuran dan sikap amanah adalah satu keharusan. Karena itulah orang beriman seharusnya otomatis menjadi orang yang memiliki integritas. Setidaknya ada tiga sebab kenapa orang beriman harus memiliki kejujuran dan sikap amanah, yaitu:
Pertama, orang beriman meyakini bahwa salah satu sifat Allah adalah Maha Mengetahui (‘aliimun). Sehingga ia meyakini bahwa segala yang diucapkan dan diperbuatnya pasti diketahui oleh Allah Swt. baik ucapan dan perbuatan itu dilakukan secara dzohir maupun batin, dilakukan ditengah keramaian ataupun dalam keadaan seorang diri. Sebagaimana firmanNya:
هُوَ ٱلۡأَوَّلُ وَٱلۡأٓخِرُ وَٱلظَّٰهِرُ وَٱلۡبَاطِنُۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٌ 
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Hadid: 3)



Karena itu, dalam keadaan apapun orang beriman harus senantiasa bersikap jujur dan amanah, karena ia meyakini senantiasa berada dalam pengetahuan Allah Swt. Keyakinan ini akan menjadikan integritas yang dimiliki orang beriman menjadi sangat kuat. Sebab integritas itu tidak tergantung kepada pengawasan manusia yang sangat terbatas. Akan tetapi terikat dengan pengawasan Allah Swt. yang senantiasa melekat, kapanpun dan dimanapun ia berada.
Kedua, orang beriman meyakini bahwa sekecil apapun kebaikan yang dilakukannya pasti akan mendapatkan balasan dari Allah Swt. Demikian sebaliknya, sekecil apapun kejahatan yang dilakukannya pasti akan mendapatkan balasan dari Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt.:
  فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Al-Zalzalah: 7-8)
Sehingga dengan keyakinan ini orang beriman akan menjaga dirinya untuk senantiasa bersikap jujur dan amanah dalam hal sekecil apapun. Sebab ia meyakini, sekecil apapun sikap itu akan mendapatkan balasan pahala dari Allah Swt. sebaliknya, sekecil apapun pelanggaran terhadap kedua sikap itu akan mendapatkan balasan hukuman dari Allah Swt.
Dengan keyakinan ini, integritas orang beriman menjadi lebih kuat, sebab yang diharapkan bukan semata-mata imbalan duniawi yang bersifat materi, seperti jabatan dan kenaikan pangkat. Melainkan sesuatu yang jauh lebih besar dari itu, yaitu pahala dari Allah Swt. Sebaliknya, ia akan menjauhi kebohongan dan sikap khianat, bukan karena takut hukuman dari KPK atau kepolisin, namun semata-mata karena takut akan hukuman dari Allah Swt.
Ketiga, Allah Swt. memerintahkan kepada orang beriman untuk menjadi orang yang jujur dan bersikap amanah. Perintah untuk menjadi orang yang jujur terdapat dalam surah At-Taubah ayat 119:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ 
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.”
Perintah Allah Swt. kepada orang beriman agar berkumpul bersama orang-orang yang jujur memiliki makna perintah untuk menjadi orang yang jujur. Sebab tidak mungkin seseorang dapat berkumpul dengan orang-orang yang jujur sementara dia sendiri bukan seorang yang jujur. Karena itu syarat agar dapat berkumpul dengan orang-orang yang jujur adalah dia harus menjadi seorang yang jujur pula.
Sementara perintah untuk memiliki sikap amanah terdapat dalam surah Al-Maidah ayat 1:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَوۡفُواْ بِٱلۡعُقُودِۚ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.”
Perintah untuk memenuhi aqad atau perjanjian adalah perintah untuk bersikap amanah. Sebab hanya orang yang bersikap amanahlah yang dapat memenuhi perjanjian yang sudah dibuatnya. Hanya orang yang amanah pula yang selalu memenuhi janji-janji yang sudah dibuatnya.
Dengan demikian orang beriman harus menjadi orang yang jujur dan bersikap amanah, karena keduanya merupakan perintah Allah Swt.
Sehingga integritas orang beriman akan menjadi sangat kuat sebab sikap ini muncul bukan karena tuntutan hukum yang diberlakukan Negara, bukan pula karena peraturan perusahaan tempatnya bekerja. Namun karena sikap ini adalah perintah dari Sang Maha Pencipta, Allah Swt.
Itulah tiga karakter integritas orang beriman, yang menjadikan integritasnya menjadi sangat kuat karena didasarkan kepada keimanan yang dimilikinya. Maka jika ada orang yang mengaku beriman namun tidak memiliki integritas, sesungguhnya keimanannya masih belum sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENEGUHKAN KEMERDEKAAN DENGAN DA’WAH

  Oleh: Dr. Dwi Budiman Assiroji (Ketua STID Mohammad Natsir)   Tahun ini kita memperingati kemerdekaan negara kita yang ke 79. Artiny...