Selasa, 25 Februari 2020

LAPORAN PERJALANAN KE MALAYSIA

Ketua STID Mohammad Natsir Hadiri Regional Conference Tentang Budaya Damai di Malaysia

STIDNATSIR.AC.ID – Selama dua hari, Selasa-Rabu 11-12 Februari 2020, Ketua STID Mohammad Natsir, Dr. Dwi Budiman Assiroji, mendampingi Wakil Ketua Umum Dewan Da’wah, Dr. Mohammad Noer, mengikuti Persidangan Serantau mengenai Hidup Bersama dalam Budaya Damai (Regional Conference Peaceful Coexistence) 2020. Acara yang bertempat di Grand Bluewave Hotel, Shah Alam Selangor Malaysia ini berlangsung atas kerjasama Insititut Darul Ehsan (IDE), Universitas Selangor (Unisel), The Sasakawa Peace Foundation (SPK) dan The Habibi Center (THC). Acara diikuti oleh 300 orang peserta dari Negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina.

Sebagaimana tajuk dari konfrensi ini, tema utama yang dibahas adalah bagaimana memformulasikan langkah-langkah dalam berbagai bidang untuk mewujudkan dan mempertahankan budaya damai dalam kehidupan yang beragam. Sebab, sebagaimana yang sudah diketahui, bahwa di kawasan Asia Tenggara ini kehidupan sangat beragam. Baik dari sisi keragaman agama, suku, budaya, bahasa dan adat istiadat. Sehingga diperlukan budaya damai agar kehidupan yang beragam itu dapat terus dijalankan dalam kedamaian.

Pemateri yang dihadirkan dalam konfrensi ini berasal dari seluruh negara peserta. Dari Indonesia hadir Prof. Dr. Azyumardi Azra dan Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar mewakili akademisi, ada juga Dadang Trisasongko dari Transparency International Indonesia, Wahyu Dyatmika dari Tempo.Co dan Imam Rulyawan dari Dompet Dhuafa. Dari Singapura ada Hafiz Othman (Emaan Catalyst Community), dari Thailand ada Prof. Dr. Numan Hayimasae (Prince of Songkla University), dari Filipina ada Sultan Marawi, Abdul Hamidullah T. Atar. Sementara dari Malaysia, pembicara utama yang dihadirkan adalah Prof. Dato’ Dr. Siddiq Fadzil (IDE) dan Dato’ Seri Anwar Ibrahim.



Dalam paparannya Siddiq Fadzil menjelaskan bahwa keragaman adalah berkah dari Allah Swt. Karena itu kita harus menyikapinya dengan positif. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur`an yang memerintahkan umat Islam untuk saling memahami dengan orang lain yang berbeda suku dan bangsanya. Demikian juga dengan Anwar Ibrahim yang menjelaskan bahwa keragaman agama dan budaya bukanlah satu kesalahan. Justru adalah anugerah dari Allah Swt yang jika disikapi dengan benar akan mendorong kepada kemanusiaan. Sehingga munculah kedamaian dalam kehidupan yang beragam itu. Adapun sikap-sikap fasisme yang muncul, disebabkan karena kebodohan dalam memahami keragaman itu. Bahkan kini ada fenomena kaum mayoritas, baik dalam politik, ekonomi maupun kuantitas, merasa terancam oleh kaum minoritas. Sehingga muncul sikap saling curiga. Hal ini kata Anwar, muncul karena adanya ketakutan dari kaum yang sedang berkuasa akan kehilangan kekuasaannya. Karena itu, agar kedamaian itu dapat bertahan dan terus ditingkatkan, semua pihak harus menghilangkan kedzaliman dalam kehidupan. Sebab tidak mungkin kedamaian itu akan muncul jika masih ada kedzaliman.

Konferensi ini ditutup oleh Wakil Perdana Mentri Malaysia, Dr. Wan Azizah Wan Ismail. Dalam sambutan penutupnya, Wan Azizah mengatakan bahwa keragaman harus dilihat sebagai satu anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selama ini, menurutnya, masyarakat Nusantara yang majemuk sudah lama menjalankan budaya damai itu. Karena itu, ia mengajak semua pihak, termasuk pemerintah, untuk terus berusaha agar hidup damai ini terus berjalan dan bahkan terus ditingkatkan. [AZ]

STID Mohammad Natsir Silaturahim Dengan Unisel dan KUIS Malaysia

STIDNATSIR.AC.ID – Dalam rangka memperluas jaringan kerjasama, Ketua STID Mohammad Natsir, Dr. Dwi Budiman Assiroji, bersilaturahim dengan pimpinan Universitas Selangor (Unisel) dan Kolej Universiti Islam Antarbangsa Selangor (KUIS). Kunjungan silaturahim dilaksanakan pada Kamis, (13/02/20), dengan didampingi oleh Wakil Ketua Umum Dewan Da’wah, Dr. Mohammad Noer dan diantar oleh Che Radin Muhd Imaduddin, Wakil Presiden ABIM.

Silaturrahim dengan pimpinan Unisel diterima langsung oleh Prof. Dato’ Dr. Mohammad Redzuan Othman (Rektor), Prof. Dr. Mohd Nor Nawawi (Wakil Rektor) dan Dr. Setyawan Widyarto (Dekan Pascasarjana).

Setelah mendapat penjelasan tentang sistem perkuliahan dan pembinaan di STID Mohammad Natsir, pimpinan Unisel tertarik kepada program Kafilah Da’wah. Mereka menawarkan agar sebagian peserta Kafilah Da’wah dikirim ke Malaysia. “Kami siap menampung dan memberdayakan mereka. Nanti dalam prakteknya kita juga dapat kerjasama dengan ABIM”, ujar Prof. Nor.


Dalam perbincangan dengan pimpinan Unisel, disepakati kesepahaman untuk menjalin kerjasama dalam beberapa bidang. Diantaranya kerjasama penerbitan jurnal dengan saling mengirim naskah hasil penelitian, kolaborasi penelitian, dan kerjasama dalam melanjutkan kuliah bagi para dosen STID Mohammad Natsir. Pimpinan Unisel juga menawarkan program pertukaran pelajar antar kedua pihak.

Sementara silaturahim dengan pimpinan KUIS diterima oleh Wakil Rektor I, Dr. Mokmin Basri. Dalam perbincangan, Dr. Mokmin sangat terbuka terhadap kemungkinan terjalinnya kerjasama antar STID Mohammad Natsir dan KUIS, terutama dalam kolaborasi penelitian dan pemberian beasiswa bagi dosen STID Mohammad Natsir untuk melanjutkan kuliah di program magister dan doktor.

Rombongan STID Mohammad Natsir kemudian diajak berkeliling kampus KUIS yang cukup asri dengan bangunan model Andalusia dan dihiasi dengan danau yang luas di bagian depan. [AZ]



STID Mohammad Natsir Hadiri Multaqa Dakwah Nusantara di Malaysia

STIDNATSIR.AC.ID – Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia menghadiri Multaqa Dakwah Nusantara di Bangi Selangor Malaysia. Dalam rombongan Dewan Da’wah ikut serta Dr. Mohammad Noer (Wakil Ketua Umum Dewan Da’wah), Dr. Ahmad Zain Annajah (Ketua Majlis Fatwa Dewan Da’wah), Dr. Ahmad Misbahul Anam (Ketua Bidang Da’wah Dewan Da’wah) dan Dr. Dwi Budiman Assiroji (Ketua STID Mohammad Natsir). Acara yang digelar oleh Pertumbuhan Muktamar Dakwah Malaysia (MDM) pada Sabtu, (15/02/20) ini mengambil tema “Mengembalikan Kegemilangan Dakwah Nusantara”. Diikuti oleh 200 orang peserta dari Malaysia, Indonesia, Thailand, Filipina, Vietnam dan Brunei Darussalam.

Acara ini dibuka oleh Dato’ Seri Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang, Ketua Partai Islam Se-Malaysia (PAS) dan Ahli Parlemen Marang Terengganu. Dalam sambutannya Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang menjelaskan bahwa Islam dapat terus hidup karena Allah SWT senantiasa mengutus Rasul untuk menyebarkan ajaran Islam kepada manusia. Terakhir Allah SWT mengutus Rasulullah Saw sebagai rasul terakhir kepada seluruh manusia. Setelah Rasulullah wafat tugas menyebarkan ajaran Islam itu kemudian dilanjutkan oleh para da’i dengan gerakan da’wahnya.

Dalam menyebarkan ajaran Islam itu, para da’i harus senantiasa memperhatikan metode yang digunakan. Jangan sampai karena metode yang digunakan keliru sehingga membuat gerakan Da’wah menjadi tidak disukai. Padahal ketika Islam masuk ke Nusantara, para da’i yang membawanya menggunakan metode yang sangat santun, tanpa sedikitpun melalui peperangan. Sementara hasilnya adalah hampir seluruh Nusantara menjadi kawasan muslim.

Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi panel yang menghadirkan pembicara dari berbagai negara. Diantaranya Ustadz Abdul Hadi Damanik dari AFKN-Indonesia, Dr. Ann Wan Seng dari Malaysia, Shaik Hussin bin Shaik Yaacob dari Singapura dan Dr. Noordin Abdullah Dagorha dari Pattani Thailand.

Diakhir acara disusun beberapa rekomendasi sebagai hasil dari diskusi para peserta. Diantaranya disepakati dibentuknya panitia tetap Multaqa Dakwah Nusantara dengan Ustadz Misbahul Munir dari Malaysia sebagai Ketua dan perwakilan dari setiap wilayah di Nusantara sebagai anggota. Dengan terbentuknya panitia tetap ini, Multaqa diharapkan dapat dilangsungkan setiap tahun, sehingga koordinasi antara gerakan Da’wah di Nusantara dapat terjalin semakin erat. [AZ]




Ketua STID M Natsir Kunjungi Ma’had Tarbiah Islamiyah Derang


STIDNATSIR.AC.ID – Salah satu lembaga pendidikan yang dikunjungi oleh Ketua STID Mohammad Natsir saat mengikuti rombongan Dewan Da’wah dalam lawatannya ke Malaysia adalah Maahad Tarbiah Islamiyah yang terletak di daerah Derang Pokok Sena Kedah, pada Senin, (17/2/20) lalu. Mahad ini dikunjungi karena pada tahun 2017 lalu rombongan mereka sempat datang berkunjung ke kantor Dewan Da’wah Pusat di Kramat Raya 45.

Untuk sampai ke lokasi Maahad Tarbiah ini, dari Selangor, rombongan menggunakan Bis double decker menuju Kedah. Perjalanan ditempuh selama tujuh jam. Turun di terminal Alor Setar, ibukota negeri Kedah. Dari Alor Setar perjalanan dilanjutkan selama satu jam dengan mobil milik Maahad yang disupiri oleh Ustadz Bilal menuju perkampungan Derang. Satu perkampungan yang masih asri dan segar. Namun demikian, maahad ini termasuk salah satu maahad terbesar di Kedah dengan jumlah murid mencapai 800 orang.

Maahad Tarbiah didirikan oleh Syaikh Ni’mat Yusuf pada tahun 1967. Kini, setelah Syaikh Ni’mat wafat, Maahad Tarbiah dipimpin oleh Syaikh Ahmad Fahmi Zamzami Al-Banjari sebagai Syaikhul Ma’had, dan Syaikh Abdul Majid bin Abu Bakar sebagai Mudir Ma’had.

Dalam obrolan dengan Syaikh Fahmi dan beberapa Ustadz di Maahad ini, jelaslah bahwa Maahad Tarbiah memiliki ikatan emosional dengan Dewan Da’wah karena para pendiri dan pengasuh maahad ini adalah para aktivis ABIM yang memiliki ikatan emosional kuat dengan Dewan Da’wah. Disamping itu, pria asal Banjar Kalimantan Timur ini menjelaskan bahwa kedua lembaga ini juga sama-sama bergerak di dunia da’wah. “Kita memang bisa jadi berbeda dalam hal ubudiyah, namun itu tidak menghalangi kita untuk bekerjasama dalam da’wah,” ujarnya.

Lebih jauh, kedua lembaga ini juga dipertemukan dalam satu ikatan perjuangan antar dua orang tokoh Islam internasional, yaitu Mohammad Natsir dan Syaikh Abul Hasan Ali An-Nadwi. Dewan Da’wah adalah lembaga yang sangat identik dengan Pak Natsir sebagai pendiri dan Ketuanya. Sementara Maahad Tarbiah identik dengan Syaikh Ali An-Nadwi, karena pimpinan dan ustadz di maahad ini banyak belajar di Nadwatul Ulama Lucknow India yang pernah lama dipimpin Syaikh Ali An-Nadwi.

Bahkan Syaikh Ali An-Nadwi sendiri pernah berkunjung ke Maahad Tarbiah dan meresmikan satu bangunan gedung yang kini dinamakan Gedung Syaikh Ali An-Nadwi. Kedua tokoh ini memiliki hubungan dekat karena memiliki semangat perjuangan yang sama, membangkitkan umat Islam dari keterpurukannya. Keduanya juga adalah pendiri Rabithah Alam Islami (Liga Dunia Islam). Bahkan keduanya mendapatkan King Faisal Award di tahun yang sama, tahun 1980.

Dalam pertemuan resmi ini, rombongan Dewan Da’wah dan Pimpinan Maahad Tarbiah sepakat meningkatkan hubungan kedua lembaga ke arah yang lebih baik lagi.  Syaikh Fahmi, sebagai murid dari Syaikh Ali An-Nadwi, diharapkan dapat memberikan kuliah umum mengenai pemikiran Syaikh Ali An-Nadwi di Dewan Da’wah dan kampus STID Mohammad Natsir. Sementara Dewan Da’wah diharapkan dapat menerima santri lulusan Maahad Tarbiah untuk melanjutkan pendidikan di STID Mohammad Natsir. Syaikh Fahmi juga mengajak Dewan Da’wah untuk bekerjasama melakukan kegiatan-kegiatan da’wah di Kalimantan Timur, karena ia juga mendirikan empat pondok pesantren di beberapa tempat di Kalimantan Timur dengan nama Yayasan Islam Nurul Hidayah (Yasin). Syaikh Fahmi juga menyatakan kesiapannya menyalurkan para alumni STID Mohammad Natsir yang akan berda’wah di pedalaman Kalimantan Timur. [AZ]


Ketua Dewan Negeri Kedah, “Guru Kami adalah Pak Natsir"

STIDNATSIR.AC.ID – Dalam kunjungan ke Kedah, Ketua STID Mohammad Natsir, Dr. Dwi Budiman Assiroji bersama rombongan Dewan Da’wah diundang oleh Ketua DPRD Negeri Kedah YB Dato’ Ahmad bin Kassim untuk berkunjung ke kantornya di Wisma Darul Aman Alor Setar Kedah. Undangan ini disampaikan dikarenakan Dato’ Ahmad mengaku memiliki hubungan cukup dekat dengan Dewan Da’wah dan Pak Natsir. Maka pada hari Senin (17/2/20), rombongan Dewan Da’wah memenuhi undangan tersebut.

Rombongan Dewan Da’wah yang terdiri atas Dr. Mohammad Noer (Wakil Ketua Umum), Dr. Ahmad Zain Annajah (Ketua Majelis Fatwa) dan Dr. Ahmad Misbahul Anam (Ketua Bidang Da’wah) diterima oleh Dato’ Ahmad di kantornya di Gedung E lantai 4 komplek Wisma Darul Aman Kedah.

Dalam sambutannya, anggota Dewan dari Partai Keadilan Rakyat (PKR) ini mengaku sangat senang dapat menjamu rombongan dari Dewan Da’wah. Sebab ia menjelaskan bahwa ketika muda dulu, ia beberapa kali berkunjung ke kantor Dewan Da’wah di Kramat Raya 45, “Saat itu kami diterima oleh Hussein Umar,” ujarnya. Karena itulah begitu mendengar rombongan Dewan Da’wah datang ke Kedah, ia mengundang ke kantornya. Ia kemudian menjelaskan bahwa ABIM (Angkatan Belia Islam Malaysia), tempatnya dikader ketika muda, memiliki kedekatan yang spesial dengan Dewan Da’wah. “Salah seorang guru kami adalah Pak Natsir,” ujarnya.

Dato’ Ahmad juga menjelaskan, bahwa sesungguhnya ia adalah orang da’wah, namun terpaksa masuk ke dunia politik karena ditugaskan kawan-kawannya. “Saya sebetulnya kurang nyaman di dunia politik ini, jiwa saya ini jiwa da’wah, tapi kan Pak Natsir mengatakan bahwa kita harus berpolitik melalui jalur Da’wah dan berda’wah melalui jalur politik,” terangnya. Dengan nasehat Pak Natsir itulah ia kuatkan dirinya untuk berda’wah melalui jalur politik.

Dato’ Ahmad berharap generasi muda sekarang, khususnya di Malaysia, dapat mengenal Pak Natsir dan ajaran-ajaran da’wahnya. Agar mereka memiliki panduan dalam menjalankan kewajiban da’wahnya, terutama ketika harus berda’wah melalui jalur politik. “Politik ini banyak helah kan, orang da’wah tak biasa dengan berhelah ini,” ujarnya sambil tersenyum.

Sementara Dr. Mohammad Noer menyampaikan terimakasih kepada Dato’ Ahmad karena telah mengundang rombongan Dewan Da’wah ke kantornya. Ia menjelaskan maksud kedatangan rombongan Dewan Da’wah ke Malaysia adalah untuk semakin mempererat hubungan Dewan Da’wah dengan beberapa pihak di Malaysia yang selama ini sudah terjalin. Selain itu juga bermaksud untuk bersilaturrahim dengan beberapa perguruan tinggi dalam rangka mendiskusikan kemungkinan kerjasama dengan STID Mohammad Natsir. Selanjutnya ia memberikan apresiasi kepada Dato’ Ahmad karena telah rela mengorbankan kecondongan jiwanya yang lebih nyaman di dunia da’wah untuk berjuang di jalur politik. “Kita perlu juga orang-orang yang berjuang di jalur politik, karena bagaimanapun kebijakan Negara berada di tangan para politisi,” terangnya. Selanjutnya Dr. Noer mendorong Dato’ Ahmad untuk terus memperjuangkan nilai-nilai da’wah agar dapat diterapkan di dunia politik.

Di akhir pertemuan, rombongan Dewan Da’wah mendapat hadiah paket buku dan majalah dari Dato’ Ahmad. Sementara rombongan Dewan Da’wah menghadiahkan buku Fiqhud Da’wah dan Biografi Mohammad Natsir kepada Dato’ Ahmad. Mendapat hadiah tersebut Dato’ Ahmad berujar, “Buku ini (Fiqhud Da’wah, pen) sudah khatam berkali-kali saya baca.” katanya. [AZ]


(Tulisan ini dimuat secara berseri di web stidnatsir.ac.id secara berseri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENEGUHKAN KEMERDEKAAN DENGAN DA’WAH

  Oleh: Dr. Dwi Budiman Assiroji (Ketua STID Mohammad Natsir)   Tahun ini kita memperingati kemerdekaan negara kita yang ke 79. Artiny...