Mahasiswa STID Mohammad Natsir mengisi liburan dengan kegiatan Kafilah Da'wah |
Ketika datang waktu libur, maka seseorang
yang berlibur itu akan mendapatkan dua hal, pertama waktu luang dan kedua
kesehatan. Termasuk juga kader da’i yang sedang berlibur, akan mendapatkan dua
hal itu. Maka seorang kader da’i harus mengingat peringatan Nabi Saw. terkait
dua hal itu, sebagaimana sabda beliau Saw.:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ
النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
”Ada dua kenikmatan yang
banyak manusia tertipu olehnya, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”.
(HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Dalam hadits di atas, Nabi Saw. memberikan
peringatan bahwa banyak orang yang tertipu oleh dua kenikmatan, yaitu kesehatan
dan waktu luang. Kenapa sampai tertipu? Karena orang yang sedang mendapatkan
kesehatan dan waktu luang, dia akan cenderung menjadi malas. Dalam kemalasan
itu dia akan mencari-cari kesibukan yang cenderung negatif. Sementara di sisi
lain, dia pun akan cenderung malas untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah
Swt. Akhirnya dia akan meninggalkan ketaatan kepada Allah Swt. dan mengisi
waktunya dengan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat, bahkan perbuatan
terlarang.
Di sinilah letak tertipunya, pertama
ia tertipu karena menjual kenikmatan dengan harga yang murah, dengan perbuatan
yang sia-sia dan bahkan perbuatan terlarang. Kedua, dia tertipu karena
sudah merugi, sebab dengan modal yang sangat besar, yaitu berupa kesehatan dan
waktu luang, dia tidak bisa mendapatkan keuntungan berupa amal sholeh dan
pahala yang berlimpah. Malah sebaliknya, dia mendapatkan dosa.
Karena itulah Ibnu Mas’ud pernah mengatakan:
إنِّي لَأَبْغَضُ الرَّجُلَ فَارِغًا لَا فِي
عَمَلِ الدُنْيَا وَلَا فِي عَمَلِ الْآخِرَةِ
“Aku sangat membenci orang yang
menganggur, yaitu yang tidak punya amalan untuk penghidupan dunianya ataupun
akhiratnya”
Karena itu, agar waktu libur yang akan dijalani
oleh seorang kader da’i tidak menjadikannya sebagai orang yang merugi, maka ia harus
mempersiapkannya dengan tiga hal, yaitu:
1.
Luruskan niat
Agar liburan
yang akan dijalani itu mendatangkan kebaikan, harus dimulai dengan niat yang
benar, niat karena Allah Swt. Jangan ampai ada niat untuk bermalas-malasan,
bersenang-senang, hura-hura dalam mengisi liburan. Niatkan bahwa liburan ini
akan tetap diisi dengan ibadah dan amal sholeh. Meluruskan niat ini penting
karena segala sesuatu sangat tergantung kepada niat. Apa yang akan dilakukan
dan apa yang akan didapatkan sangat bergantung kepada niat ini.
2.
Ingat selalu status sebagai thullab
(penuntut ilmu) dan du’at (seorang da’i)
Seorang kader
da’i yang sedang menuntut ilmu di STID Mohammad Natsir misalnya, ketika dia
berlibur, maka dia hanya berlibur dari statusnya sebagai mahasiswa STID
Mohammad Natsir. Namun dia tidak pernah bisa berlibur dari statusnya sebagai thullab
(penuntut ilmu) dan du’at (seorang da’i).
Karena itu,
sekalipun dalam keadaan libur dia harus tetap menjalankan kewajibannya sebagai thullab,
dia harus tetap mengisi waktunya dengan menuntut ilmu. Banyak jalan yang dapat
diambil untuk tetap menuntut ilmu saat perkuliahan libur. Bisa dengan membaca
buku, bisa dengan menghadiri majlis ilmu, bisa dengan mengikuti kursus bahasa
Arab atau camp tahfidz al-Qur`an. Sebagai seorang da’i, dia pun harus tetap
melaksanakan kewajibannya. Tetap menegakkan al-amru bil ma’ruf dan an-nahyu
‘anil munkar. Karena itu selama berlibur dari perkuliahan,
kebiasaan-kebiasaan sebagai da’i harus terus dilakukannya. Menjaga sholat wajib
dan sholat sunnah rawatib, melaksanakan sholat malam, membaca dan menghafal al-Qur`an,
membaca dzikir pagi dan petang dan kewajiban-kewajiban lainnya.
Demikian
juga jika ia berlibur di rumah, maka da’wah harus tetap dijalankan, terutama
kepada kedua orangtua dan saudara. Ajak keluarga untuk semakin memahami dan
mencintai ajaran Islam. Jangan sampai, sebagai da’i kita sibuk menda’wahi ummat
di luar, sementara keluarga sendiri kita lupakan. Ingatlah perintah Allah Swt.
untuk menjadikan keluarga sebagai prioritas
dalam da’wah kita. Allah Swt. berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا
ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ
ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(at-Tahriim: 6)
Namun
demikian, bukan berarti seorang kader da’i tidak boleh bersenang-senang,
berjalan-jalan atau melakukan aktifitas untuk refreshing (penyegaran)
lainnya. Aktifitas seperti itu boleh-boleh saja, bahkan pada kondisi tertentu
sangat dianjurkan. Namun yang perlu diingat adalah, kegiatan penyegaran itu
harus tetap memperhatikan aturan-aturan Islam. Tidak boleh dengan alasan
penyegaran kita melakukan satu kegiatan yang justru bertentangan dengan ajaran
Islam.
3.
Rencanakan liburan yang
bermanfaat
Karena itu,
agar waktu liburan dapat termanfaatkan secara baik, harus ada perencanaan yang
baik sebelum liburan itu datang. Persiapkan kegiatan-kegiatan bermanfaat yang
akan dilakukan selama liburan. Agar lebih efektif dan efisien, lakukan evaluasi,
kira-kira apa saja yang harus diperkuat agar perkuliahan di semester
selanjutnya dapat berjalan lebih baik. mislanya bagi mahasiswa yang merasa
masih kurang dalam penguasaan bahasa Arab, waktu liburan ini dapat digunakan
untuk memperkuat penguasaan bahasa Arabnya. Bagi yang merasa masih lemah dalam
hafalan al-Qur`an bisa merencanakan untuk ikut camp tahfidz al-Qur`an. Demikian
aspek lainnya.
Perencanaan
ini sangat penting agar kita tidak gagal dalam memanfaatkan waktu liburan.
Seorang ahli manajeman mengatakan “who fail to plan, plan to fail”,
artinya siapa yang gagal dalam membuat perencanaan, maka sesungguhnya dia
sedang merencanakan kegagalan. Apalagi jika tidak ada perencanaan, maka pasti
akan menemui kegagalan. Kecuali bagi orang yang diberikan hidayah oleh Allah
Swt.
Jika ketiga
hal itu dilakukan maka kita in syaa Allah dapat memanfaatkan liburan ini
dengan maksimal. Ingatlah pesan Allah Swt. dalam surat Al-Insyirah ayat 7:
فَإِذَا فَرَغْتَ
فَانصَبْ
“Maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”
Tidak ada
waktu luang bagi seorang muslim, apalagi bagi seorang kader da’i, kecuali harus
dia isi dengan kegiatan yang bermanfat. Agar tidak menjadi orang yang merugi. Wallahu
‘alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar