Kamis, 22 November 2018

MELANJUTKAN RISALAH DENGAN DA’WAH



Ada peristiwa menarik saat Rasulullah Saw. dan para sahabatnya melaksanakan ibadah haji, yaitu peristwa Khutbatul Wada yang beliau  sampaikan. Inilah khutbah beliau yang terakhir di hadapan para sahabatnya dalam jumlah yang cukup banyak. Pada khutbah di Padang Arafah itu, beliau menjelaskan pokok-pokok ajaran agama Islam; wasiat untuk selalu berpegang teguh kepada al-quran dan as-sunnah, tentang haramnya darah dan harta kaum muslimin, kewajiban menunaikan amanah, penegasan akan keharaman riba, penegasan tentang hak dan kewajiban kaum wanita, penegasan tentang hak dan kewajiban yang harus ditunaikan oleh suami dan istri, wajibnya memelihara tali ukhuwah islamiyah dan penjelasan tentang persamaan kedudukan dan martabat seluruh manusia tanpa memandang suku, bangsa, ras dan bahasanya.
Setiap kali beliau Saw. selesai menjelaskan satu pokok ajaran Islam tersebut, beliau senantiasa bertanya kepada kurang lebih 100.000 orang sahabat yang hadir saat itu,
“Allaa Hal Ballaghtu?/Apakah aku sudah menyampaikannya?”, dan para sahabat menjawab, Allahumma na’am “Ya benar, engkau sudah sampaikan.” Mendengar jawaban tersebut, Rasulullah Saw. berseru, Allahummasyhad  Ya Allah saksikanlah bahwa aku telah menyampaikannya.
Kemudian, di akhir Khutbatul Wada tersebut, beliau bertanya kembali kepada para sahabatnya,
وَأَنْتُمْ مَسْئُولُونَ عَنِّي مَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ ؟
 “Kamu nanti akan ditanya tentang diriku, maka apakah yang akan kamu katakan?.”
Para sahabat menjawab,
نَشْهَدُ إِنَّكَ قَدْ بَلَّغْتَ رِسَالاَتِ رَبِّكَ ، وَنَصَحْتَ لِأُمَّتِكَ ، وَقَضَيْتَ الَّذِي عَلَيْكَ
 “Kami bersaksi bahwa sesungguhnya engkau sudah sampaikan (Risalahmu) sudah engkau tunaikan (tugasmu) dan telah engkau laksanakan semua dengan sungguh-sungguh.” Rasulullah Saw. kemudian berseru,
اللَّهُمَّ اشْهَدْ ، اللَّهُمَّ اشْهَدْ
Ya Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah.


Persaksian Rasulullah Saw. ini sepertinya merupakan pertanggungjawaban beliau terhadap amanah yang diberikan Allah Swt kepada beliau dalam firmanNya:
۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغۡ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَۖ وَإِن لَّمۡ تَفۡعَلۡ فَمَا بَلَّغۡتَ رِسَالَتَهُۥۚ
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.” (Al Maidah: 67)
Artinya Rasulullah Saw. ingin membuktikan kepada Allah Swt. bahwa amanah risalah yang diembankan kepadanya telah sempurna ditunaikan. Jawaban dari para sahabat beliau jadikan sebagai saksinya.
Beliau kemudian melanjutkan dengan memerintahkan kepada para sahabatnya,
أَلَا لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يُبَلِّغُهُ يَكُونُ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ
 Hendaklah yang hadir menyampaikan apa yang didengarnya kepada yang tidak hadir, semoga yang menyampaikan lebih memperhatikan apa yang aku sampaikan daripada orang yang hanya mendengarkan.”
Oleh para sahabat, perintah Rasulullah Saw. ini difahami sebagai perintah untuk menda’wahkan ajaran Islam ke seluruh manusia yang belum sampai kepada mereka ajaran yang agung ini. Hal ini terbukti dengan langkah para sahabat, yang ketika baru saja sampai di Madinah sekembali dari ibadah haji, mereka langsung bersiap untuk kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia  guna menda’wahkan ajaran Islam, sebagaimana perintah Rasulullah Saw. di atas. Maka, ketika Rasulullah Saw. wafat sekitar tiga bulan setelah pulang dari ibadah haji, banyak para sahabat yang tidak berada di kota Madinah karena mereka sedang berada di berbagai kota lain dalam rangka menda’wahkan ajaran Islam.
Dalam bahasa Pak Natsir, peristiwa ini dimaknai sebagai Timbang Terima Da’wah. Dimana Rasulullah Saw. menunaikan kewajiban risalah dari Allah Swt. untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia. Setelah tugas itu beliau tunaikan dengan sempurna, maka tugas risalah itu beliau serahterimakan kepada umatnya untuk dilanjutkan dengan gerakan da’wah. Dengan penuh semangat, para sahabat menerima  tugas da’wah ini. Inilah makna dari kalimat Pak Natsir, Risalah Merintis, Da’wah Melanjutkan.  
Karena peristiwa inilah, ajaran Islam kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia dengan perantara gerakan da’wah. Dari generasi ke generasi gerakan da’wah terus berjalan menyebarkan ajaran Islam. Hinggalah ajaran mulia ini sampai juga ke tanah kita, Nusantara.
Maka sudah menjadi kewajiban kita untuk terus menggelorakan gerakan da’wah dalam rangka terus melanjutkan risalah yang sudah dengan sempurna ditunaikan oleh Rasulullah Saw. dan diteruskan oleh gerakan da’wah para sahabat dan generasi selanjutnya.
Kewajiban da’wah ini adalah kewajiban yang dibebankan kepada setiap orang yang mengaku dirinya muslim. Karena itu, setiap orang muslim wajib melaksanakan perintah da’wah ini. Sebagaimana perintah Allah Swt. dalam surat Ali Imran ayat 110:
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ ١١٠
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Bahkan, kewajiban da’wah menjadi satu dari empat syarat yang harus dilakukan agar manusia tidak merugi. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al ‘Ashr:
وَٱلۡعَصۡرِ ١  إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢  إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran
Jelaslah bahwa da’wah dalam arti al amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim. Bahkan Rasulullah Saw. memerintahkan kepada seluruh kaum muslimin untuk menyampaikan apa yang ia ketahui berasal dari beliau Saw. walau hanya satu ayat. Rasulullah Saw. bersabda:
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
Selain itu, ia juga merupakan syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Ia adalah kewajiban yang menjadi keharusan karena manusia  adalah mahluk sosial (social being). Dengan menegakkan perintah al amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar ini lah tatanan kehidupan masyarakat akan senantiasa terjaga dari kehancuran dan kebinasaan. Sebab ketika kewajiban ini tegak di tengah-tengah kehidupan kaum muslimin, maka perbuatan munkar tidak akan dapat berkembang karena senantiasa dilarang, sementara perbuatan baik akan terus tumbuh sumbur karena terus digelorakan. Maka kemudian akan munculah satu tatanan kehidupan yang dipenuhi dengan kebaikan dan terbebas dari kemunkaran.
Sebaliknya, jika kewajiban da’wah ini tidak ditegakkan, maka kehidupan kaum muslimin akan dihancurkan oleh Allah Swt. Rasulullah Saw. memberikan peringatan:
إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الْمُنْكَرَ فَلَمْ يُغِّيِروه ، أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابِهِ
Sesungguhnya manusia, bila mereka melihat kemunkaran, sedangkan mereka tidak mencegahnya, maka datanglah saatnya Allah Azza wa jalla menjatuhkan siksaNya secara umum (atas yang melakukan dan yang tidak melakukan kemunkaran itu)”.

Dalam hadits yang lain, Rasulullah Saw. memberingan peringatan terkait pengabaian terhadap kemunkaran ini:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْ عِنْدِهِ ثُمَّ لَتَدْعُنَّهُ فَلاَ يَسْتَجِيْبُ لَكُمْ
“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, hendaknya kalian betul-betul melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar atau (jika kalian tidak melaksanakan hal itu) maka sungguh Allah akan mengirim kepada kalian siksa dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya (agar supaya dihindarkan dari siksa tersebut) akan tetapi Allah Azza wa Jalla tidak mengabulkan do’a kalian.” (HR Ahmad dan at-Tirmidzi)
Dari dua hadits tersebut, kita dapat memahami bahwa mengabaikan penegakan al amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar akan mengakibatkan murka Allah Swt., sehingga Ia menurunkan adzabNya.
Karena itulah, pemimpin yang memahami hal ini, ia akan terbuka kepada penegakkan al amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar terhadap dirinya. Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq misalnya, di awal pemerintahannya, ia berpesan kepada rakyat yang dipimpinnya:
أيها الناس فإني قد وليت عليكم ولست بخيركم، فإن أحسنت فأعينوني، وإن أسأت فقوموني
Wahai manusia, aku diangkat menjadi pemimpin kalin, padahal aku bukan orang terbaik diantara kalian. Jika aku benar maka bantulah aku, tapi jika aku salah maka luruskanlah aku
Dengan pesannya itu, Khalifah Abu Bakar seolah membuka pintu lebar-lebar bagi rakyatnya untuk menegakkan al amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar  terhadap diri dan kepemimpinannya.
Ini pula yang dikatakan Khalifah Umar bin Khattab saat pertama diangkat sebagai khalifah menggantikkan Abu Bakar Ash Siddiq. Yang menarik adalah, setelah Umar menyampaikan hal tersebut, berdiri seorang laki-laki dengan baju yang amat sederhana sambil menghunuskan pedangnya, ia berkata:
والله لو رأينا فيك اعوجاجاً لقومناه بسيوفنا،
Demi Allah wahai Umar, seandainya aku mendapati kebohongan pada dirimu, maka aku akan meluruskanmu dengan ujung pedang ini
Mendengar perkataan salah seorang rakyatnya itu, Umar berseru:
الحمد لله الذي جعل في هذه الأمة من يقوم اعوجاج عمر بسيفه؟
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan salah seorang dari ummat ini yang berani meluruskan Umar dengan ujung pedangnya”.
Keterbukaan Abu Bakar dan Umar tersebut didasarkan atas kesadaran mereka berdua akan pentingnya penegakkan al amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar, bahkan kepada kepemimpinan mereka sebagai khalifah.
Karena itulah di masa kepemimpinan keduanya, Allah Swt. limpahkan kebaikan  sehingga saat itu Islam dapat menjadi rahmat  bagi sekalian alam, Islam berwujud menjadi rahmatan lil ‘alamiin.
(Refleksi dari Buku Fiqhud Da’wah karya Mohammad Natsir, Bab Timbang Terima Da’wah dan Wajib Da’wah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENEGUHKAN KEMERDEKAAN DENGAN DA’WAH

  Oleh: Dr. Dwi Budiman Assiroji (Ketua STID Mohammad Natsir)   Tahun ini kita memperingati kemerdekaan negara kita yang ke 79. Artiny...