(Oleh : Dr.
Dwi Budiman Assiroji)
Pendahuluan
Penelitian
adalah kegiatan yang terdiri atas beberapa tahapan. Jika seorang peneliti ingin
menghasilkan sebuah penelitian yang baik dan benar, maka ia harus menjalankan
proses penelitian itu sesuai dengan tahapan-tahapan yang sudah ditentukan. Secara
umum proses penelitian diawali dengan identifikasi masalah (Problem
Identification) dan diakhiri dengan penulisan hasil / laporan penelitian.
Kwalitas
sebuah penelitian tentu sangat dipengaruhi oleh kwalitas dari langkah pertama,
yaitu identifikasi masalah. Karena itu seorang peneliti harus benar-benar
memahami bagaimana sebaiknya melakukan proses identifikasi masalah. Karena itu,
dalam tulisan ini, akan coba diuraikan bagaimana cara melakukan proses
identifikasi masalah yang baik dan benar.
Pengertian Identifikasi Masalah
Yang
dimaksud dengan identifikasi masalah adalah pendefinisian masalah, dimana
seorang peneliti harus dapat menjelaskan apa masalah yang akan menjadi bahasan
penelitiannya. Penjelasan tentang masalah yang akan menjadi bahasan
penelitiannya ini penting dilakukan agar peneliti benar-benar dapat membuktikan
bahwa apa yang akan ditelitinya merupakan satu masalah yang benar-benar
masalah dan penting untuk segera diselesaikan.
Dalam
menjelaskan masalah penelitiannya ini, peneliti harus membuktikan bahwa hal
tersebut benar-benar masalah dengan menyertakan bukti-bukti yang kuat berupa
fakta-fakta lapangan dan pendapat-pendapat para ahli, tokoh atau pakar.
Penentuan masalah penelitian (Research Problem) akan menentukan hasil
dan kualitas suatu penelitian, bahkan bisa juga menentukan apakah masalah
tersebut termasuk sebuah penelitian atau tidak.
Pengertian Masalah dalam Penelitian
Lalu apa
yang dimaksud dengan masalah dalam penelitian?
Secara umum
masalah adalah satu kondisi yang memerlukan penjelasan atau jawaban. Dalam
penelitian, satu kondisi dikatakan sebagai masalah jika:
- 1 Ada hubungan menarik antara dua variable yang harus dijelaskan.
- 2 Ada ketidaksesuaian antara teori dan praktek yang memerlukan penjelasan dan jawaban.
- 3 Ada ketidaksesuaian antara aturan dengan pelaksanaan yang memerlukan penjelasan dan atau jawaban.
- 4 Ada ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan yang memerlukan penjelasan dan atau jawaban.
Beberapa contoh masalah sebagaimana poin 1-4
di atas:
1.
Menurut Al-Quran, jika kebenaran
(al-haq) sudah muncul, maka kebatilah akan sirna. Masalahnya adalah,
hari ini kebenaran sudah muncul demikian banyak melalui gencarnya gerakan
da’wah, namun di sisi lain kebatilah justru semakin banyak, bukan semakin berkurang.
Maka diperlukan penelitian untuk menjelaskan kenapa hal ini dapat terjadi?
2.
Menurut teori, orang yang sudah
sering mengikuti kegiatan da’wah, misalnya melalui majlis ta’lim, maka ia akan
memiliki pemahaman Islam dan pengamalan ajaran Islam yang baik dan benar. Namun
kenyataannya, banyak umat Islam, misalnya kaum Ibu, yang sudah sering mengikuti
majlis ta’lim, namun tetap memiliki pemahaman yang awam mengenai ajaran Islam
dan tidak mengamalkan ajaran Islam dengan baik dan benar. Maka diperlukan penelitian
untuk menjelaskan dan mencari jawaban kenapa hal ini bisa terjadi?
3.
Tugas media massa salah satunya
adalah menjadi pilar keempat demokrasi yang berkewajiban melakukan koreksi
terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Kenyataannya hari ini, kebanyakan
media besar (mainstream) di Indonesia tidak mampu menjalankan perannya
itu, malah sebaliknya lebih condong menjadi corong pemerintah dan pembela
kebijakan pemerintah tanpa daya kritis. Maka diperlukan penelitian untuk
menjelaskan dan atau memberikan jawaban kenapa hal ini dapat terjadi?
4.
Menurut ajaran Islam, gerakan
da’wah seharusnya mampu membentuk masyarakat yang terbaik dalam segala sisi (khairu
ummah). Kenyataannya hari ini, ketika gerakan da’wah begitu ramainya di
Indonesia, namun kondisi ummat belum kunjung menjadi ummat terbaik. Maka
diperlukan penelitian untuk menjelaskan dan atau mencari jawaban, kenapa hal
ini dapat terjadi?
5.
Syariat Islam adalah ajaran yang
sangat agung dan adil untuk umat Islam dan seluruh manusia, bahkan untuk
seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Namun kenyataannya hari ini, masih
banyak orang, termasuk umat Islam sendiri, yang berpandangan negatif terhadap
beberapa bagian dari syariat Islam. Misalnya terhadap syariat rajam, potong
tangan, poligami, hijab/cadar, pembagian waris dan sebagainya. Maka diperlukan
penelitian tentang bagaimana persepsi umat Islam sendiri tentang
syariat-syariat Islam tersebut?
Tehnik Identifikasi Masalah
Agar seorang
peneliti dapat menentukan masalah dengan baik, maka ia harus melalui tiga
tahapan berikut, yaitu:
1.
Memiliki
Wawasan yang Luas di Bidangnya
Agar seorang
peneliti dapat mengidentifikasi masalah penelitian dengan baik dan benar, maka
ia terlebih dahulu harus memiliki wawasan yang luas tentang bidang yang menjadi
spesialisasinya. Seorang mahasiswa fakultas da’wah yang akan melakukan
penelitian, maka ia harus memiliki wawasan tentang da’wah yang luas. Jika ia
mengambil prodi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), maka ia harus memiliki
wawasan tentang da’wah melalui media massa, atau tentang da’wah dan kaitannya
dengan komunikasi. Demikian juga jika ia mengambil prodi Pemberdayaan
Masyarakat Islam (PMI), maka ia harus memiliki wawasan yang luas tentang da’wah
dan pemberdayaan masyarakat.
Dari wawasan
yang luas itulah seorang peneliti dapat memahami apa saja yang sedang menjadi
masalah dalam dunia yang sedang digelutinya, sehingga ia dapat melakukan proses
identifikasi masalah yang benar. Semakin banyak wawasan yang dimilikinya,
semakin mudah dan dalam pula ia dapat mengidentifikasi masalah penelitian.
Sebaliknya, jika wawasan yang dimiliki sedikit maka seorang peneliti akan
kesulitan melakukan proses identifikasi masalah. Bahkan bisa jadi ia cenderung
mencari-cari masalah.
Agar seorang
peneliti (mahasiswa) memiliki wawasan yang luas tentang bidang yang
digelutinya, ada beberapa tehnik yang dapat ia lakukan, yaitu melakukan studi
literatur, melakukan pengamatan langsung (Observasi), melakukan wawancara,
melakukan survey dan atau mengikuti pertemuan ilmiah. Berikut penjelasannya:
a. Melakukan
Studi Literatur
Sumber
pertama yang dapat dijadikan bahan untuk menambah wawasan dalam rangka
melakukan proses identifikasi masalah adalah bahan bacaan atau literatur. Bahan
bacaan ini dapat berupa buku, jurnal ilmiah, koran, majalah, hasil penelitian
(skripsi, tesis, disertasi), diktat, portal berita, artikel dan lain
sebagainya. Tentu saja dalam membaca literatur ini peneliti harus menyesuaikan
dengan bidang dan tema yang akan ia jadikan sebagai bahan penelitian. Fokus
dalam membaca sesuai dengan bidang dan tema penelitian ini akan sangat membantu
efektifitas pengerjaan penelitian di awal ini. Jika peneliti tidak fokus dan
mudah tergoda untuk membaca bidang atau tema lain, ,maka ia akan kesulitan
untuk segera mengidentifikasi masalah.
Karena itu
proses membaca literatur harus senantiasa diarahkan kepada bidang dan tema yang
akan dijadikan sebagai bahan penelitian. Agar lebih efektif, peneliti harus
memiliki buku catatan khusus yang mencatat hasil dari membacanya. Agar ketika
diperlukan catatan itu dapat dirujuk kembali oleh peneliti.
b. Melakukan
Pengamatan Langsung (Observasi)
Seorang
peneliti juga dapat melakukan pengamatan langsung atau observasi dalam rangka
mengidentifikasi masalah penelitian. Caranya adalah dengan langsung mengamati
objek atau fenomena yang menjadi bahan penelitiannya. Misalnya seorang peneliti
di bidang da’wah media, maka ia melakukan pengamatan langsung terhadap
media-media Islam yang melakukan gerakan da’wah atau juga media-media umum yang
memuat konten-konten da’wah. Atau seorang peneliti di bidang da’wah pemberdayaan
masyarakat, maka ia langsung mengamati kondisi masyarakat yang sudah
mendapatkan intervensi atau sentuhan da’wah kemudian ia bandingkan dengan
kondisi masyarakat yang belum mendapatkan intervensi atau sentuhan da’wah.
Karena itu
seorang peneliti harus memiliki kebiasaan memperhatikan fenomena-fenomena yang
terjadi di lingkungannya dan kemudian menghubungkan dengan ilmu dan wawasan
yang dimilikinya dalam bidang yang sedang ia geluti. Bagi mahasiswa da’wah,
maka ia harus senantiasa mampu menghubungkan fenomena-fenomena di lingkungannya
dengan ilmu da’wah yang sudah dikuasainya.
Sebagai
contoh, ketika seorang da’i menyaksikan fenomena jarangnya remaja shalat
berjamaah di masjid, maka ia akan langsung menghubungkannya dengan belum
berhasilnya gerakan da’wah dalam menjadikan remaja sebagai sasaran da’wahnya.
Atau ketika seorang da’ melihat fenomena kemiskinan di lingkungan masyarakat
muslim, maka ia akan langsung menghubungkannya dengan belum berhasilnya gerakan
da’wah melakukan proses memberdayaan masyarakat muslim dalam bidang ekonomi.
Dari fenomena dan analisis sederhana itu, seorang da’i yang sekaligus seorang
peneliti dapat memulai melakukan proses identifikasi masalah untuk bahan
penelitiannya.
c. Melakukan
Wawancara
Seorang peneliti juga dapat melakukan wawancara
untuk menambah atau memperdalam wawasannya dalam rangka mengidentifikasi
masalah. Misalnya ketika seorang peneliti di bidang da’wah media sudah mendapat
wawasan yang cukup tentang efektifitas da’wah melalui media, namun ia merasa
belum mendapatkan sesuatu yang bisa dijadikan sebagai masalah dalam penelitian,
maka ia kemudian melakukan wawancara dengan praktisi media Islam. Contoh lain,
seorang peneliti di bidang da’wah pemberdayaan masyarakat, ia sudah mendapatkan
cukup wawasan tentang bagaimana gerakan da’wah dapat memberdayakan masyarakat
pesisir pantai, namun ia belum menemukan data yang akurat tentang hal itu. Maka
ia mewawancarai seorang pakar di bidang pemberdayan masyarakat pesisir pantai untuk
mendapatkan data yang akurat tadi.
d. Melakukan
Survey
Seorang peneliti juga dapat melakukan survey
untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang akan menjadi tema penelitiannya.
Survey dilakukan dengan menyebarkan quisioner atau angket kepada objek.
Misalnya seorang peneliti ingin meneliti tentang persepsi masyarakat mengenai
syariat Islam, maka untuk mendapatkan gambaran awal, peneliti dapat melakukan
survey kepada masyarakat secara acak tentang persepsi mereka mengani syariat
Islam. Hasil dari survey ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk
melakukan proses identifikasi masalah.
e. Mengikuti
Pertemuan Ilmiah
Langkah lain yang dapat dilakukan peneliti
untuk menambah atau memperdalam wawasannya adalah juga dengan mengikuti
pertemuan ilmiah, misalnya seminar, workshop, FGD (Focus Group Discussion),
bedah buku dan kegiatan ilmiah lainnya. Kegiatan ilmiah ini dapat dilakukan
oleh siapa saja, yang penting tema yang dibicarakan sesuai dengan bidang yang digelutinya.
2.
Melakukan Brainstorming
untuk Menentukan Tema, Objek dan Judul Penelitian
Setelah menyiapkan wawasan yang cukup,
peneliti kemudian melakukan proses selanjutnya, yaitu proses brainstorming. Brainstorming
adalah memetakan wawasan yang sudah dimilikinya, kemudian mengeluarkan
ide-ide atau gagasan-gagasan dari wawasan yang dimilikinya tersebut. Tentu saja
ide dan gagasan itu dapat keluar dengan lancar jika peneliti sudah memiliki wawasan
yang cukup sebelumnya. Dalam konteks identifikasi masalah, maka brainstorming
dilakukan untuk mengeluarkan ide dan gagasan tentang masalah da’wah dalam
bidang yang sedang digelutinya.
Dengan Brainstorming diharapkan ide dan
gagasan dapat keluar dari fikiran seorang peneliti secara terstruktur dan
sistematis. Agar ide-ide dan gagasan dapat keluar, maka hindarkan dulu kritik
atau pertanyaan terhadap ide dan gagasan itu. Yang penting keluarkan saja dulu
ide dan gagasan itu, kemudian susun secara terstruktur dan sistematis.
Setelah ide dan gagasan itu disusun secara terstruktur
dan sistematis, kemudian peneliti melakukan proses analisa, dari sekian ide dan
gagasan yang sudah tersusun itu, mana kira-kira yang lebih baik untuk diambil
sebagai tema penelitian. Proses ini terus ia lakukan sampai tema benar-benar
spesifik dan unik. Artinya, dalam konteks identifikasi masalah, setelah
peneliti berhasil mendapatkan beberapa ide dan gagasan tentang masalah da’wah
dalam bidang yang sedang digelutinya, ia kemudian mencoba menyusunnya secara
sistematis dan terstruktur. Maksudnya adalah ia menyusun masalah-masalah da’wah
tadi secara berurutan, dari yang dinilai paling menarik sampai yang paling
tidak menarik. Setelah itu ia analisis satu-satu masalah da’wah tadi, apakah
benar-benar sebuah masalah dan benar-benar penting untuk segera diselesaikan
atau tidak. Setelah selesai dianalisis, maka ia kemudian memilih satu masalah
da’wah yang paling urgen untuk segera diselesaikan dan paling kuat
argumentasinya.
Langkah selanjutnya adalah melakukan proses
pengkhususan atau spesifikasi. Karena dalam penelitian, masalah yang diteliti
itu lebih baik jika lebih spesifik. Setelah masalah da’wah dinilai sudah benar-benar
spesifik dan unik, langkah selanjutnya adalah menentukan objek penelitian yang
sesuai dengan masalah penelitian yang sudah ditentukan tadi. Berikut contoh Brainstorming
untuk Menentukan Tema, Objek dan Judul Penelitian:
Penjelasan
dari bagan diatas: Seorang peneliti, setelah ia melakukan proses brainstorming ia
kemudian menyimpulkan bahwa masalah da’wah yang menurutnya urgen untuk segera
diselesaikan adalah banyaknya konten-konten yang berkaitan dengan syariat Islam
yang diberitakan secara negatif oleh media umum. Karena itu, agar masalahnya
lebih spesifik (khusus) maka ia mencoba mengkhususkan konten yang berkaitan
dengan syariat Islam yang diberitakan secara negatif oleh media umum. Setelah
dianalisa, ia menyimpulkan bahwa yang paling sering diberitakan secara negatif
adalah syariat cadar. Maka sekarang ia sudah memiliki masalah penelitian yang
lebih spesifik, yaitu: Bagaimanakah media umum memberitakan tentang cadar?.
Masalah
penelitian itu sudah spesifik, maka peneliti kemudian mencoba memilih,
tehnik analisa apa yang akan digunakan,
apakah analisi framing, analisis wacana kritis atau analisis naratif? Setelah
dipertimbangkan, peneliti kemudian memutuskan untuk menggunakan analisis wacana
kritis. Maka sekarang peneliti sudah mendapatkan masalah penelitian yang lebih
lengkap yaitu: Bagaimanakah media umum memberitakan tentang cadar jika
dianalisis dengan menggunakan analisis wacana kritis?.
Langkah
terakhir adalah menentukan objek penelitiannya. Media jenis apa yang akan
dijadikan objek penelitian? Koran, Media
online, majalah atau yang lain? Setelah dipertimbangkan, peneliti memutuskan
memilih media online sebagai objek penelitiannya. Tentu media online itu harus
dipilihn lebih spesifik lagi, karena jumlahnya sangat banyak. Maka dengan
berbagai pertimbangan, peneliti menjatuhkan pilihan kepada media online
tirto.id.
Dari contoh Brainstorming
untuk Menentukan Tema, Objek dan Judul Penelitian diatas, maka munculah
satu judul penelitian, yaitu: “Konstruksi Wacana Media Online Tentang Cadar
Sebagai Bagian dari Syariat Islam (Analisis Wacana Kritis Terhadap berita
tentang cadar di website tirto.id)”
Dalam
menentukan topik/tema/judul penelitian, menurut Prof. Sudhardjono, ada beberapa
hal yang dapat menjadi bahan pertimbagan, yaitu[i]:
a. Topik berada
dalam jangkauan Kemampuan Peneliti (Manageable Topic)
Artinya
untuk meneliti topik tersebut peneliti memiliki kemampuan dalam beberapa hal
terkait. Diantaranya :
-
Topik sesuai dengan
bidang/disiplin ilmu peneliti.
-
Peneliti memiliki kemampuan dana
untuk meneliti topik tersebut, misalnya dana untuk biaya transportasi ke tempat
penelitian, dana untuk membeli buku dll.
-
Peneliti memiliki waktu yang
cukup untuk melakukan penelitian terhadap topik yang dipilih.
-
Peneliti meyakini akan
mendapatkan perizinan dari objek penelitian.
b. Data Mudah
Diperoleh (Obtainable Data)
Dengan
pertimbangan:
-
Sumber-sumber data kepustakaan
mudah diakses.
-
Tehnik pengumpulan data dikuasai
peneliti. Misalnya jika topik penelitian yang akan dipilih mengharuskan
melakukan survey, maka peneliti harus memastikan bahwa dirinya mampu melakukan
survey.
-
Waktu pengambilan data
memungkinkan.
-
Subjek data tersedia.
c. Topik
Penting Diteliti (Sifnificance of Topic)
Ada beberapa
pertimbangan yang dapat digunakan:
-
Sumbangan hasil penelitian dapat
menarik minat akademisi dan masyarakat luas.
-
Hasil penelitian dapat menutupi
berbagai kekurangan penelitian sebelumnya.
-
Memiliki manfaat praktis untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat.
d. Topik Menarik
Minat Peneliti (Interested Topic)
Agar
peneliti semangat dalam melakukan proses penelitiannya maka topic yang dipilih
diusahakan adalah topic yang menarik bagi peneliti sendiri. Sehingga semangat
yang muncul untuk meneliti menjadi besar karena berasal dari minat yang muncul
dari dalam diri peneliti. Bukan satu topic yang dipaksakan padahal tidak
disukai oleh peneliti.
3.
Menuliskan Identifikasi Masalah
Langkah terakhir yang harus dilakukan
peneliti adalah menuliskan hasil identifikasi masalahnya. Bentuk dari
identifikasi masalah ini adalah uraian deskriptif mengenai kaitan antara satu
konsep dengan konsep lain, atau dalam penelitian disebut antara satu variable
dengan variable lain, dimana dalam kaitan-kaitan itu terdapat hubungan-hubungan
yang bertolak belakang (paradok) atau terdapat ketidaksesuaian. Dari
hubungan-hubungan yang bertolak belakang atau tidak sesuai itu lah akan muncul
masalah penelitian.
Uraian deskriptif dari identifikasi masalah
ini bersifat deduktif, artinya dimulai dari satu masalah yang bersifat umum,
kemudian dilanjutkan dengan penjelasan mengenai masalah yang bersifat khusus,
dan diakhiri oleh penjelasan mengenai pemilihan objek penelitian dan penyebutan
judul penelitian. Dalam istilah lain, bentuknya berupa piramida terbalik, sebagaimana
gambar berikut:
Deskripsi dari identifikasi masalah inilah
yang kemudain dituangkan sebagai Latar Belakang Masalah dalam Proposal Skripsi
yang jika sudah disetujui dalam seminar proposal skripsi berubah menjadi bagian
dari Bab. I.
Demikian penjelasan mengeni
identifikasi masalah yang dapat saya sampaikan. Semoga dapat menjadi panduan
bagi para mahasiswa yang sedang melakukan proses identifikasi masalah.
[i] Suryani dan Hendryadi, Metode Riset
Kuantitatif Teori dan Aplikasi, Jakarta: Prenadamedia, 2016, cet. II. Hal.
62-65
Tidak ada komentar:
Posting Komentar