Minggu, 31 Mei 2020

Identifikasi Masalah sebagai Langkah Awal dalam Penelitian


(Oleh : Dr. Dwi Budiman Assiroji)

Pendahuluan
Penelitian adalah kegiatan yang terdiri atas beberapa tahapan. Jika seorang peneliti ingin menghasilkan sebuah penelitian yang baik dan benar, maka ia harus menjalankan proses penelitian itu sesuai dengan tahapan-tahapan yang sudah ditentukan. Secara umum proses penelitian diawali dengan identifikasi masalah (Problem Identification) dan diakhiri dengan penulisan hasil / laporan penelitian.
Kwalitas sebuah penelitian tentu sangat dipengaruhi oleh kwalitas dari langkah pertama, yaitu identifikasi masalah. Karena itu seorang peneliti harus benar-benar memahami bagaimana sebaiknya melakukan proses identifikasi masalah. Karena itu, dalam tulisan ini, akan coba diuraikan bagaimana cara melakukan proses identifikasi masalah yang baik dan benar.


Pengertian Identifikasi Masalah
Yang dimaksud dengan identifikasi masalah adalah pendefinisian masalah, dimana seorang peneliti harus dapat menjelaskan apa masalah yang akan menjadi bahasan penelitiannya. Penjelasan tentang masalah yang akan menjadi bahasan penelitiannya ini penting dilakukan agar peneliti benar-benar dapat membuktikan bahwa apa yang akan ditelitinya merupakan satu masalah yang benar-benar masalah dan penting untuk segera diselesaikan.
Dalam menjelaskan masalah penelitiannya ini, peneliti harus membuktikan bahwa hal tersebut benar-benar masalah dengan menyertakan bukti-bukti yang kuat berupa fakta-fakta lapangan dan pendapat-pendapat para ahli, tokoh atau pakar. Penentuan masalah penelitian (Research Problem) akan menentukan hasil dan kualitas suatu penelitian, bahkan bisa juga menentukan apakah masalah tersebut termasuk sebuah penelitian atau tidak.
Pengertian Masalah dalam Penelitian
Lalu apa yang dimaksud dengan masalah dalam penelitian?
Secara umum masalah adalah satu kondisi yang memerlukan penjelasan atau jawaban. Dalam penelitian, satu kondisi dikatakan sebagai masalah jika:
  • 1  Ada hubungan menarik antara dua variable yang harus dijelaskan.
  • 2  Ada ketidaksesuaian antara teori dan praktek yang memerlukan penjelasan dan jawaban.
  • 3  Ada ketidaksesuaian antara aturan dengan pelaksanaan yang memerlukan penjelasan dan atau jawaban.
  • Ada ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan yang memerlukan penjelasan dan atau jawaban.


Beberapa contoh masalah sebagaimana poin 1-4 di atas:
1.      Menurut Al-Quran, jika kebenaran (al-haq) sudah muncul, maka kebatilah akan sirna. Masalahnya adalah, hari ini kebenaran sudah muncul demikian banyak melalui gencarnya gerakan da’wah, namun di sisi lain kebatilah justru semakin banyak, bukan semakin berkurang. Maka diperlukan penelitian untuk menjelaskan kenapa hal ini dapat terjadi?
2.      Menurut teori, orang yang sudah sering mengikuti kegiatan da’wah, misalnya melalui majlis ta’lim, maka ia akan memiliki pemahaman Islam dan pengamalan ajaran Islam yang baik dan benar. Namun kenyataannya, banyak umat Islam, misalnya kaum Ibu, yang sudah sering mengikuti majlis ta’lim, namun tetap memiliki pemahaman yang awam mengenai ajaran Islam dan tidak mengamalkan ajaran Islam dengan baik dan benar. Maka diperlukan penelitian untuk menjelaskan dan mencari jawaban kenapa hal ini bisa terjadi? 
3.      Tugas media massa salah satunya adalah menjadi pilar keempat demokrasi yang berkewajiban melakukan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Kenyataannya hari ini, kebanyakan media besar (mainstream) di Indonesia tidak mampu menjalankan perannya itu, malah sebaliknya lebih condong menjadi corong pemerintah dan pembela kebijakan pemerintah tanpa daya kritis. Maka diperlukan penelitian untuk menjelaskan dan atau memberikan jawaban kenapa hal ini dapat terjadi?
4.      Menurut ajaran Islam, gerakan da’wah seharusnya mampu membentuk masyarakat yang terbaik dalam segala sisi (khairu ummah). Kenyataannya hari ini, ketika gerakan da’wah begitu ramainya di Indonesia, namun kondisi ummat belum kunjung menjadi ummat terbaik. Maka diperlukan penelitian untuk menjelaskan dan atau mencari jawaban, kenapa hal ini dapat terjadi?
5.      Syariat Islam adalah ajaran yang sangat agung dan adil untuk umat Islam dan seluruh manusia, bahkan untuk seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Namun kenyataannya hari ini, masih banyak orang, termasuk umat Islam sendiri, yang berpandangan negatif terhadap beberapa bagian dari syariat Islam. Misalnya terhadap syariat rajam, potong tangan, poligami, hijab/cadar, pembagian waris dan sebagainya. Maka diperlukan penelitian tentang bagaimana persepsi umat Islam sendiri tentang syariat-syariat Islam tersebut?

Tehnik Identifikasi Masalah
Agar seorang peneliti dapat menentukan masalah dengan baik, maka ia harus melalui tiga tahapan berikut, yaitu:
1.     Memiliki Wawasan yang Luas di Bidangnya
Agar seorang peneliti dapat mengidentifikasi masalah penelitian dengan baik dan benar, maka ia terlebih dahulu harus memiliki wawasan yang luas tentang bidang yang menjadi spesialisasinya. Seorang mahasiswa fakultas da’wah yang akan melakukan penelitian, maka ia harus memiliki wawasan tentang da’wah yang luas. Jika ia mengambil prodi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), maka ia harus memiliki wawasan tentang da’wah melalui media massa, atau tentang da’wah dan kaitannya dengan komunikasi. Demikian juga jika ia mengambil prodi Pemberdayaan Masyarakat Islam (PMI), maka ia harus memiliki wawasan yang luas tentang da’wah dan pemberdayaan masyarakat.
Dari wawasan yang luas itulah seorang peneliti dapat memahami apa saja yang sedang menjadi masalah dalam dunia yang sedang digelutinya, sehingga ia dapat melakukan proses identifikasi masalah yang benar. Semakin banyak wawasan yang dimilikinya, semakin mudah dan dalam pula ia dapat mengidentifikasi masalah penelitian. Sebaliknya, jika wawasan yang dimiliki sedikit maka seorang peneliti akan kesulitan melakukan proses identifikasi masalah. Bahkan bisa jadi ia cenderung mencari-cari masalah. 
Agar seorang peneliti (mahasiswa) memiliki wawasan yang luas tentang bidang yang digelutinya, ada beberapa tehnik yang dapat ia lakukan, yaitu melakukan studi literatur, melakukan pengamatan langsung (Observasi), melakukan wawancara, melakukan survey dan atau mengikuti pertemuan ilmiah. Berikut penjelasannya:
a.       Melakukan Studi Literatur
Sumber pertama yang dapat dijadikan bahan untuk menambah wawasan dalam rangka melakukan proses identifikasi masalah adalah bahan bacaan atau literatur. Bahan bacaan ini dapat berupa buku, jurnal ilmiah, koran, majalah, hasil penelitian (skripsi, tesis, disertasi), diktat, portal berita, artikel dan lain sebagainya. Tentu saja dalam membaca literatur ini peneliti harus menyesuaikan dengan bidang dan tema yang akan ia jadikan sebagai bahan penelitian. Fokus dalam membaca sesuai dengan bidang dan tema penelitian ini akan sangat membantu efektifitas pengerjaan penelitian di awal ini. Jika peneliti tidak fokus dan mudah tergoda untuk membaca bidang atau tema lain, ,maka ia akan kesulitan untuk segera mengidentifikasi masalah.
Karena itu proses membaca literatur harus senantiasa diarahkan kepada bidang dan tema yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian. Agar lebih efektif, peneliti harus memiliki buku catatan khusus yang mencatat hasil dari membacanya. Agar ketika diperlukan catatan itu dapat dirujuk kembali oleh peneliti.
b.      Melakukan Pengamatan Langsung (Observasi)
Seorang peneliti juga dapat melakukan pengamatan langsung atau observasi dalam rangka mengidentifikasi masalah penelitian. Caranya adalah dengan langsung mengamati objek atau fenomena yang menjadi bahan penelitiannya. Misalnya seorang peneliti di bidang da’wah media, maka ia melakukan pengamatan langsung terhadap media-media Islam yang melakukan gerakan da’wah atau juga media-media umum yang memuat konten-konten da’wah. Atau seorang peneliti di bidang da’wah pemberdayaan masyarakat, maka ia langsung mengamati kondisi masyarakat yang sudah mendapatkan intervensi atau sentuhan da’wah kemudian ia bandingkan dengan kondisi masyarakat yang belum mendapatkan intervensi atau sentuhan da’wah.
Karena itu seorang peneliti harus memiliki kebiasaan memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungannya dan kemudian menghubungkan dengan ilmu dan wawasan yang dimilikinya dalam bidang yang sedang ia geluti. Bagi mahasiswa da’wah, maka ia harus senantiasa mampu menghubungkan fenomena-fenomena di lingkungannya dengan ilmu da’wah yang sudah dikuasainya.
Sebagai contoh, ketika seorang da’i menyaksikan fenomena jarangnya remaja shalat berjamaah di masjid, maka ia akan langsung menghubungkannya dengan belum berhasilnya gerakan da’wah dalam menjadikan remaja sebagai sasaran da’wahnya. Atau ketika seorang da’ melihat fenomena kemiskinan di lingkungan masyarakat muslim, maka ia akan langsung menghubungkannya dengan belum berhasilnya gerakan da’wah melakukan proses memberdayaan masyarakat muslim dalam bidang ekonomi. Dari fenomena dan analisis sederhana itu, seorang da’i yang sekaligus seorang peneliti dapat memulai melakukan proses identifikasi masalah untuk bahan penelitiannya.
c.       Melakukan Wawancara
Seorang peneliti juga dapat melakukan wawancara untuk menambah atau memperdalam wawasannya dalam rangka mengidentifikasi masalah. Misalnya ketika seorang peneliti di bidang da’wah media sudah mendapat wawasan yang cukup tentang efektifitas da’wah melalui media, namun ia merasa belum mendapatkan sesuatu yang bisa dijadikan sebagai masalah dalam penelitian, maka ia kemudian melakukan wawancara dengan praktisi media Islam. Contoh lain, seorang peneliti di bidang da’wah pemberdayaan masyarakat, ia sudah mendapatkan cukup wawasan tentang bagaimana gerakan da’wah dapat memberdayakan masyarakat pesisir pantai, namun ia belum menemukan data yang akurat tentang hal itu. Maka ia mewawancarai seorang pakar di bidang pemberdayan masyarakat pesisir pantai untuk mendapatkan data yang akurat tadi.

d.      Melakukan Survey
Seorang peneliti juga dapat melakukan survey untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang akan menjadi tema penelitiannya. Survey dilakukan dengan menyebarkan quisioner atau angket kepada objek. Misalnya seorang peneliti ingin meneliti tentang persepsi masyarakat mengenai syariat Islam, maka untuk mendapatkan gambaran awal, peneliti dapat melakukan survey kepada masyarakat secara acak tentang persepsi mereka mengani syariat Islam. Hasil dari survey ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk melakukan proses identifikasi masalah.

e.       Mengikuti Pertemuan Ilmiah
Langkah lain yang dapat dilakukan peneliti untuk menambah atau memperdalam wawasannya adalah juga dengan mengikuti pertemuan ilmiah, misalnya seminar, workshop, FGD (Focus Group Discussion), bedah buku dan kegiatan ilmiah lainnya. Kegiatan ilmiah ini dapat dilakukan oleh siapa saja, yang penting tema yang dibicarakan sesuai dengan bidang yang digelutinya.

2.     Melakukan Brainstorming untuk Menentukan Tema, Objek dan Judul Penelitian
Setelah menyiapkan wawasan yang cukup, peneliti kemudian melakukan proses selanjutnya, yaitu proses brainstorming. Brainstorming adalah memetakan wawasan yang sudah dimilikinya, kemudian mengeluarkan ide-ide atau gagasan-gagasan dari wawasan yang dimilikinya tersebut. Tentu saja ide dan gagasan itu dapat keluar dengan lancar jika peneliti sudah memiliki wawasan yang cukup sebelumnya. Dalam konteks identifikasi masalah, maka brainstorming dilakukan untuk mengeluarkan ide dan gagasan tentang masalah da’wah dalam bidang yang sedang digelutinya.
Dengan Brainstorming diharapkan ide dan gagasan dapat keluar dari fikiran seorang peneliti secara terstruktur dan sistematis. Agar ide-ide dan gagasan dapat keluar, maka hindarkan dulu kritik atau pertanyaan terhadap ide dan gagasan itu. Yang penting keluarkan saja dulu ide dan gagasan itu, kemudian susun secara terstruktur dan sistematis.
Setelah ide dan gagasan itu disusun secara terstruktur dan sistematis, kemudian peneliti melakukan proses analisa, dari sekian ide dan gagasan yang sudah tersusun itu, mana kira-kira yang lebih baik untuk diambil sebagai tema penelitian. Proses ini terus ia lakukan sampai tema benar-benar spesifik dan unik. Artinya, dalam konteks identifikasi masalah, setelah peneliti berhasil mendapatkan beberapa ide dan gagasan tentang masalah da’wah dalam bidang yang sedang digelutinya, ia kemudian mencoba menyusunnya secara sistematis dan terstruktur. Maksudnya adalah ia menyusun masalah-masalah da’wah tadi secara berurutan, dari yang dinilai paling menarik sampai yang paling tidak menarik. Setelah itu ia analisis satu-satu masalah da’wah tadi, apakah benar-benar sebuah masalah dan benar-benar penting untuk segera diselesaikan atau tidak. Setelah selesai dianalisis, maka ia kemudian memilih satu masalah da’wah yang paling urgen untuk segera diselesaikan dan paling kuat argumentasinya.
Langkah selanjutnya adalah melakukan proses pengkhususan atau spesifikasi. Karena dalam penelitian, masalah yang diteliti itu lebih baik jika lebih spesifik. Setelah masalah da’wah dinilai sudah benar-benar spesifik dan unik, langkah selanjutnya adalah menentukan objek penelitian yang sesuai dengan masalah penelitian yang sudah ditentukan tadi. Berikut contoh Brainstorming untuk Menentukan Tema, Objek dan Judul Penelitian:





















Penjelasan dari bagan diatas: Seorang peneliti, setelah ia melakukan proses brainstorming ia kemudian menyimpulkan bahwa masalah da’wah yang menurutnya urgen untuk segera diselesaikan adalah banyaknya konten-konten yang berkaitan dengan syariat Islam yang diberitakan secara negatif oleh media umum. Karena itu, agar masalahnya lebih spesifik (khusus) maka ia mencoba mengkhususkan konten yang berkaitan dengan syariat Islam yang diberitakan secara negatif oleh media umum. Setelah dianalisa, ia menyimpulkan bahwa yang paling sering diberitakan secara negatif adalah syariat cadar. Maka sekarang ia sudah memiliki masalah penelitian yang lebih spesifik, yaitu: Bagaimanakah media umum memberitakan tentang cadar?.
Masalah penelitian itu sudah spesifik, maka peneliti kemudian mencoba memilih, tehnik  analisa apa yang akan digunakan, apakah analisi framing, analisis wacana kritis atau analisis naratif? Setelah dipertimbangkan, peneliti kemudian memutuskan untuk menggunakan analisis wacana kritis. Maka sekarang peneliti sudah mendapatkan masalah penelitian yang lebih lengkap yaitu: Bagaimanakah media umum memberitakan tentang cadar jika dianalisis dengan menggunakan analisis wacana kritis?.
Langkah terakhir adalah menentukan objek penelitiannya. Media jenis apa yang akan dijadikan objek penelitian?  Koran, Media online, majalah atau yang lain? Setelah dipertimbangkan, peneliti memutuskan memilih media online sebagai objek penelitiannya. Tentu media online itu harus dipilihn lebih spesifik lagi, karena jumlahnya sangat banyak. Maka dengan berbagai pertimbangan, peneliti menjatuhkan pilihan kepada media online tirto.id.    
Dari contoh Brainstorming untuk Menentukan Tema, Objek dan Judul Penelitian diatas, maka munculah satu judul penelitian, yaitu: “Konstruksi Wacana Media Online Tentang Cadar Sebagai Bagian dari Syariat Islam (Analisis Wacana Kritis Terhadap berita tentang cadar di website tirto.id)”

Dalam menentukan topik/tema/judul penelitian, menurut Prof. Sudhardjono, ada beberapa hal yang dapat menjadi bahan pertimbagan, yaitu[i]:

a.       Topik berada dalam jangkauan Kemampuan Peneliti (Manageable Topic)
Artinya untuk meneliti topik tersebut peneliti memiliki kemampuan dalam beberapa hal terkait. Diantaranya :
-          Topik sesuai dengan bidang/disiplin ilmu peneliti.
-          Peneliti memiliki kemampuan dana untuk meneliti topik tersebut, misalnya dana untuk biaya transportasi ke tempat penelitian, dana untuk membeli buku dll.
-          Peneliti memiliki waktu yang cukup untuk melakukan penelitian terhadap topik yang dipilih.
-          Peneliti meyakini akan mendapatkan perizinan dari objek penelitian.
 
b.      Data Mudah Diperoleh (Obtainable Data)
Dengan pertimbangan:
-          Sumber-sumber data kepustakaan mudah diakses.
-          Tehnik pengumpulan data dikuasai peneliti. Misalnya jika topik penelitian yang akan dipilih mengharuskan melakukan survey, maka peneliti harus memastikan bahwa dirinya mampu melakukan survey. 
-          Waktu pengambilan data memungkinkan.
-          Subjek data tersedia.

c.       Topik Penting Diteliti (Sifnificance of Topic)
Ada beberapa pertimbangan yang dapat digunakan:
-          Sumbangan hasil penelitian dapat menarik minat akademisi dan masyarakat luas.
-          Hasil penelitian dapat menutupi berbagai kekurangan penelitian sebelumnya.
-          Memiliki manfaat praktis untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat.

d.      Topik Menarik Minat Peneliti (Interested Topic)
Agar peneliti semangat dalam melakukan proses penelitiannya maka topic yang dipilih diusahakan adalah topic yang menarik bagi peneliti sendiri. Sehingga semangat yang muncul untuk meneliti menjadi besar karena berasal dari minat yang muncul dari dalam diri peneliti. Bukan satu topic yang dipaksakan padahal tidak disukai oleh peneliti.

3.      Menuliskan Identifikasi Masalah
Langkah terakhir yang harus dilakukan peneliti adalah menuliskan hasil identifikasi masalahnya. Bentuk dari identifikasi masalah ini adalah uraian deskriptif mengenai kaitan antara satu konsep dengan konsep lain, atau dalam penelitian disebut antara satu variable dengan variable lain, dimana dalam kaitan-kaitan itu terdapat hubungan-hubungan yang bertolak belakang (paradok) atau terdapat ketidaksesuaian. Dari hubungan-hubungan yang bertolak belakang atau tidak sesuai itu lah akan muncul masalah penelitian.
Uraian deskriptif dari identifikasi masalah ini bersifat deduktif, artinya dimulai dari satu masalah yang bersifat umum, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan mengenai masalah yang bersifat khusus, dan diakhiri oleh penjelasan mengenai pemilihan objek penelitian dan penyebutan judul penelitian. Dalam istilah lain, bentuknya berupa piramida terbalik, sebagaimana gambar berikut:















Deskripsi dari identifikasi masalah inilah yang kemudain dituangkan sebagai Latar Belakang Masalah dalam Proposal Skripsi yang jika sudah disetujui dalam seminar proposal skripsi berubah menjadi bagian dari Bab. I.

Demikian penjelasan mengeni identifikasi masalah yang dapat saya sampaikan. Semoga dapat menjadi panduan bagi para mahasiswa yang sedang melakukan proses identifikasi masalah.



[i] Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi, Jakarta: Prenadamedia, 2016, cet. II. Hal. 62-65

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENEGUHKAN KEMERDEKAAN DENGAN DA’WAH

  Oleh: Dr. Dwi Budiman Assiroji (Ketua STID Mohammad Natsir)   Tahun ini kita memperingati kemerdekaan negara kita yang ke 79. Artiny...