Sabtu, 17 Agustus 2024

MENEGUHKAN KEMERDEKAAN DENGAN DA’WAH

 

Oleh: Dr. Dwi Budiman Assiroji

(Ketua STID Mohammad Natsir)

 

Tahun ini kita memperingati kemerdekaan negara kita yang ke 79. Artinya sudah 79 tahun negeri ini merdeka dari penjajahan bangsa lain. Seharusnya semakin lama kita merdeka semakin sejahtera bangsa kita. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 45 bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia diharapkan dapat membentuk suatu pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum. Namun kenyataannya, masih banyak masyarakat kita yang sampai saat ini belum sejahtera.

Kenyataan tersebut tentu disebabkan oleh banyak hal. Salah satu yang paling krusial adalah karena banyaknya masyarakat kita, termasuk para pejabatnya, yang terkena penyakit cinta dunia (hubbud-dunyâ) sehingga sibuk mencari kesenangan dunia dan tidak bersedia berkorban untuk kepentingan bangsa dan masyarakat kebanyakan. Fenomena ini bukanlah hal baru. Mohammad Natsir, dalam tulisannya menyambut peringatan kemerdekaan RI tahun 1951, menjelaskan bahwa sekalipun Indonesia sudah merdeka 6 tahun, namun masyarakat kebanyakan belum mendapatkan kebahagiaan, “Seolah-olah ni’mat kemerdekaan yang telah dimilikinya ini, sedikit sekali faedahnya,” tulis Natsir. Semua itu disebabkan karena munculnya sifat bakhil, Natsir menjelaskan, “Sekarang telah timbul penyakit bakhil. Bakhil keringat, bakhil waktu dan merajalela sifat serakah. Orang bekerja tidak sepenuh hati lagi.”

Apa yang disinyalir Natsir 70 tahun lalu ternyata masih terus berlangsung hingga kini. Bahkan cenderung semakin bertambah. Banyak pejabat yang karena sifat serakahnya menyebabkan ia melakukan praktek korupsi. Korupsi inilah yang menjadikan masyarakat tidak sejahtera karena dana yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan mereka, dikorupsi oleh para pejabat serakah itu. Lihatlah data beberapa tahun belakangan. Sebagaimana yang diberitakan  banyak media online, BPK mensinyalir, kerugian Negara akibat kasus korupsi Asabri mencapai angka Rp. 22,7 Triliun. Adapun kerugian Negara dalam kasus korupsi Jiwasraya ditaksir sebesar 16,8 triliun. Sementara dana bantuan sosial untuk masyarakat terdampak pandemi Covid-19 yang dikorupsi Menteri Sosial Juliari P. Batubara sebesar Rp. 5,9 triliun. Tiga kasus ini cukup memberikan gambaran kepada kita, betapa akutnya permasalahan korupsi di negeri ini.

Kondisi masyarakat bawah juga tak kalah rusaknya. Penyakit cinta dunia yang menimbulkan keserakahan, membuat masyarakat kita menjadi masyarakat yang senantiasa berorientasi kepada harta dan kesenangan dunia. Segala cara dilakukan demi mendapatkan harta dan kesenangan dunia itu. Tidak peduli halal dan haram. Riba menjadi salah satu jalan yang banyak dimanfaatkan masyarakat untuk mendapatkan harta dengan cepat. Maka menjamurlah pinjaman online, lintah darat berkedok tehnologi yang sudah memakan banyak korban. Walaupun pada akhirnya banyak yang menderita karena terjerat hutang berbunga tinggi dari pinjaman online ini, namun masih banyak masyarakat yang terjerumus ke dalamnya.

Penyakit serakah dan cinta dunia yang menjangkit para pejabat dan masyarakat bawah ini, secara lahir jelas-jelas menjauhkan masyarakat dari kesejahteraan. Secara bathin juga menjauhkan negeri ini dari keberkahan Allah Ta’ala.   

Untuk menghadapi kondisi seperti itu, diperlukan usaha keras dari berbagai elemen bangsa agar terjadi proses perbaikan yang akan menjadikan masyarakat kita sejahtera, lahir dan batin.

Salah satu usaha terpenting yang harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah gerakan da’wah. Gerakan perbaikan yang merupakan kelanjutan dari gerakan risalah para nabi dan rasul ini, sepanjang sejarah sudah terbukti berhasil melakukan perbaikan terhadap kondisi masyarakat yang sudah bobrok sekalipun. Firman Allah Ta’ala menjelaskan:

قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٠٨

“Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (Yusuf: 108)

Agar efektif, usaha da’wah ini harus diawali dengan menanamkan keimanan dalam diri masyarakat muslim, sehingga tumbuh keyakinan terhadap Kemahaesaan Allah. Inilah yang dilakukan para nabi dan rasul dahulu. Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala:

وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَٰلَةُۚ فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ ٣٦

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (An-Nahl: 36)

Iman kepada Allah Ta’ala adalah pondasi untuk membangun kebaikan lainnya. ketika iman sudah kokoh, maka kebaikan apapun yang dibangun di atasnya akan berdiri kokoh. Sebaliknya, sebagus apapun kebaikan yang didirikan, jika tidak dibangun di atas keimanan yang kokoh, maka bangunan kebaikan itu akan keropos dan mudah roboh.

Menanamkan keimanan agar tumbuh keyakinan terhadap Kemahaesaan Allah Ta’ala adalah juga usaha yang berkesesuaian dengan sila pertama dari Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Setelah keimanan itu tertanam dalam hati masyarakat muslim, da’wah harus terus bergerak untuk senantiasa mengajak masyarakat berbuat kebaikan dan mencegah mereka dari berbuat kemunkaran (al-amru bil ma’rûf wan-nahyu ‘anil munkar). Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran: 104)

Gerakan da’wah dalam pengertian al-amru bil ma’rûf wan-nahyu ‘anil munkar, akan mendatangkan dua keuntungan. Pertama, menjaga stabilitas masyarakat agar tetap aman dan tentram. Karena akan terbentuk masyarakat yang senantiasa berbuat kebaikan, tidak ada yang berbuat kejahatan, termasuk kejahatan korupsi dan praktek ribawi. Kedua, mendatangkan keberuntungan sebagai janji dari Allah Ta’ala, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Kondisi ini pada akhirnya akan mewujudkan masyarakat yang adil dan beradab, sesuai dengan sila kedua dari Pancasila.

Selanjutnya, gerakan da’wah itu harus terus dilakukan dengan penuh kesabaran. Sebab da’wah adalah jalan panjang yang pasti penuh halangan dan rintangan. Seperti jalan risalahnya para nabi dan rasul yang juga penuh halangan dan rintangan. Sebagaimana yang Allah Ta’ala gambarkan:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُونَ ١١٢

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Al-An’am: 112)

 Ini terbukti di negeri kita, selama 79 tahun gerakan da’wah terus berusaha melakukan proses perbaikan di tengah-tengah masyarakat, walapun halangan dan rintangan selalu menghadang, di berbagai zaman; Orde Lama, Orde Baru dan kini Orde Reformasi yang sedang dikorupsi. Usaha da’wah yang tak kenal lelah ini, bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana sila kelima dari Pancasila.

Maka inilah kewajiban kita untuk meneguhkan kemerdekaan republik Indonesia, terus mengobarkan gerakan da’wah demi terciptanya kesejahteraan umat dan bangsa.

Jakarta, 17 Agustus 2024    

 

Kamis, 11 Juli 2024

TABAYYUN

             Suatu hari, Rasulullah mengutus Al-Walid bin ‘Uqbah bin Abi Mu’ith kepada Bani Musthaliq untuk mengambil zakat dari mereka. Hal ini Rasulullah lakukan karena sebelumnya Al-Harits, pemimpin Bani Musthaliq, sudah masuk Islam dan berjanji akan mengajak kaumnya masuk Islam kemudian akan mengumpulkan zakat dari mereka yang bersedia masuk Islam.

Di Tengah perjalanan setan datang menggoda Al-Walid bin ‘Uqbah bin Abi Mu’ith dengan memanfaatkan masa lalu Al-Walid yang pernah bermusuhan dengan Bani Musthaliq. Setan membisikan persangkaan dalam diri Al-Walid bahwa Bani Musthaliq akan menolak dan membunuhnya. Maka Al-Walid kemudian kembali ke Madinah dan menyampaikan laporan kepada Rasulullah bahwa Bani Musthaliq menolak membayar zakat dan berencana untuk membunuh dirinya. Mendengar laporan dari Al-Walid ini, Rasulullah langsung mempersiapkan pasukan untuk memerangi Bani Musthaliq.

Namun ternyata setelah pasukan Rasulullah ini sampai di tempat Bani Musthaliq, mereka melihat Bani Musthaliq sedang melaksanakan shalat maghrib dan isya, artinya mereka masih beriman dan taat kepada Allah  dan Rasul-Nya . Merekapun segera menyerahkan zakat yang sudah dijanjikan Al-Harits sebelumnya. Setelah ditabayyun kepada Al-Harits didapati keterangan bahwa mereka tidak pernah menerima kedatangan utusan Rasulullah . Artinya berita yang disampaikan Al-Walid adalah berita bohong. (Tafsir Ibnu Katsir)

Sabtu, 20 Mei 2023

Perginya seorang Mujahid Da'wah


Sabtu (20/05) malam jelang adzan isya telepon berdering. Ustadz Chairani Idris, Ketua Dewan Da'wah Kalimantan Selatan, menelepon, "Ustadz da'i kita Imron Sobirin, pagi tadi sudah membaik, bahkan sore sudah bisa makan buah. Tapi kemudian ngedrop dan ba'da Maghrib beliau wafat," ujarnya langsung to the point. "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un," jawab saya spontan. Badan langsung lemas, tak terasa air mata menetes, kesedihan yang sangat menyelimuti.

Segera saya berkoordinasi dengan Ustadz Mohammad Firdaus sebagai Ketua Dewan Da'wah Bidang Penempatan Da'i. Setelah kami musyawarah dengan pengurus Dewan Da'wah Kalimantan Selatan dan keluarga Akh Imron, maka diputuskan jenazah akan dibawa ke Jogjakarta untuk dikuburkan di kampung halamannya di daerah Gunung Kidul. Ustadz Firdaus dan Ustadz Jumroni, Wakil Ketua II STID Mohammad Natsir, ditugaskan untuk segera berangkat ke Jogjakarta mewakili Dewan Da'wah dan STID Mohammad Natsir untuk bertaziyah. Saya sendiri masih berada di Lampung, membersamai Ketua Umum Dewan Da'wah, Dr. Adian Husaini, yang sedang melakukan kunjungan da'wah selama tiga hari.

Jum'at, 19 Mei 2023, saya pertama kali mendengar kabar bahwa Akh Imron sakit dan sedang dirawat di RSI Muhammadiyah Banjarmasin. Dari Ustadz Bayu Widakdo, alumni STID Mohammad Natsir yang menjadi koordinator da'i di Dewan Da'wah Kalimantan Selatan, saya mendapat informasi bahwa Akh Imron mulai hari Kamis masuk RS Islam Banjarmasin. Kondisinya demam tinggi dan harus dirawat di ICU. Sampai hari Jum'at belum ada perubahan berarti. Setelah diambil beberapa tindakan oleh tim dokter, Jum'at malam kondisi Akh Imron sedikit membaik. Sabtu pagi semakin membaik, sudah sadar dan bisa diajak bicara. Sabtu sore kondisinya kembali memburuk, bahkan sampai kejang. Tim dokter segera melakukan penanganan intensif. Namun Allah Ta'ala kemudian mentaqdirkan Akh Imron wafat pada pukul 19.10 WITA. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un

Akh Imron berasal dari Gunung Kidul Jogjakarta. Ia nyantri di Pesantren Ibnu Qoyyim Jogjakarta. Kemudian melanjutkan kuliah di STID Mohammad Natsir. Di kalangan dosen dan kawan-kawannya, ia dikenal sebagai mahasiswa yang baik, kalem, pendiam namun murah senyum. Dari sisi akademik juga cukup baik. Selesai kuliah tahun 2022 dan diwisuda di tahun yang sama, kemudian ia ditugaskan berda'wah ke Kalimantan Selatan pada bulan November. Oleh pengurus Dewan Da'wah Kalimantan Selatan Akh Imron ditugaskan di Desa Haruyan Dayak Kecamatan Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan. Lokasi ini sekitar 5 jam perjalanan dari Banjarmasin. Di sana Akh Imron bertugas membersamai kaum muslimin minoritas yang masih sangat kekurangan bimbingan Islam.

Hal ini tergambar dari laporan terakhir kegiatan da'wahnya tertanggal 12 Mei 2023:

✅ *Nama Kegiatan:*
Mengajar TK Nusa Bangsa di Desa Haruyan Dayak

🗓️ *Tanggal kegiatan:*
Jumat, 12 Mei 2023

🏡 *Lokasi Lengkap:*

Desa Haruyan Dayak, Kecamatan Hantakan, kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan

✏️ *Deskripsi Kegiatan:*
Alhamdulillah, pada tanggal 2 Mei 2023 adalah awal saya di beri amanah untuk mengajar tetap di salah satu TK yang ada di Desa Haruyan Dayak yaitu TK Nusa Bangsa, dan pada tgl 12 Mei 2023 seperti biasa hari Jumat mengajak anak2 yang muslim ke masjid untuk belajar mengaji, dan praktek shloat  sedangkan yg beragama Hindu ada guru sendiri, namun beberapa hari ini jarang masuk jadi saya menggantikannya, dengan mengisi perhitungan dan menggambar.

Alhamdulillahnya anak2nya antusias semua dan nurut2 semua apalagi di hibur dengan bercerita.

Di tengah-tengah keseriusannya berda'wah di daerah minoritas itulah Allah Ta'ala kemudian memberikan cobaan berupa penyakit;  demam dan muntah-muntah. Penyakit itu dirasakannya ketika sedang mengikuti Rapat Kerja Wilayah Dewan Da'wah Kalimantan Selatan di Banjarmasin.

Setelah ditangani secara mandiri kemudian dibawa ke RS Islam Muhamadiyah karena kondisinya yang tidak juga membaik. Setelah dirawat selama tiga hari Allah Ta'ala wafatkan Akh Imron di jalan da'wah. Selamat jalan mujahid da'wah, kami akan terus melanjutkan perjuangan da'wahmu...

Rabu, 22 Maret 2023

SAHUR ADALAH IBADAH


Oleh : Dwi Budiman Assiroji 

Dalam pelaksanaan ibadah shaum, termasuk di bulan Ramadhan, ada satu bagian dari ibadah shaum itu yang dilaksanakan sebelum berkumandang adzan subuh, yaitu makan sahur. 


Mengenai makan sahur ini, perlu diperhatikan betul, jangan sampai dilaksanakan hanya semata sebagai persiapan shaum saja, agar tidak terlalu lapar dan haus di siang harinya. Lebih daripada itu, makan sahur harus dimaknai sebagai bagian dari ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.


Artinya, ketika kita melaksanakan sahur, harus kita niatkan bahwa sahur itu kita lakukan sebagai pelaksanaan dari perintah Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana sabda Rasulullah _shalallahu alaihi wa sallam_ yang memerintahkan sahur:


عَنْ جَابِرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ أَرَادَ أَنْ يَصُومَ فَلْيَتَسَحَّرْ بِشَيْءٍ واه أحمد (14533)

Dari sahabat mulia Jabir dari Nabi _Shalallahu alaihi wa sallam_ ia bersabda: _"Siapa yang akan melaksanakan shaum maka hendaklah ia makan sahur."_


Bahkan dalam satu haditsNya Rasulullah menjelaskan bahwa sahur adalah Sunnah bagi umat beliau karena sahur menjadi pembeda antara shaumnya ahlul kitab dengan shaumnya kita, ummat Nabi Muhammad _Shalallahu alaihi wa sallam._


فقال صلى الله عليه وسلم: «فصل ما بين صيامنا وصيام أهل الكتاب، أكلة السَّحر» (رواه مسلم).


Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda: _"Pembeda antara shaum kita dengan shaum ahlul kitab adalah makan sahur."_ (HR. Muslim)


Maka dengan demikian makan sahur harus kita lakukan dengan niat melaksanakan Sunnah Rasulullah _shalallahu alaihi wa sallam ini._ Sehingga sahur kita bukan semata-mata aktifitas makan dan minum sebagai persiapan melaksanakan shaum, tapi juga menjadi satu Ibadah yang tentu akan mendapatkan pahala dari Allah _Ta'ala._


Lebih dari itu, Rasulullah _shalallahu alaihi wa sallam_ menjelaskan bahwa di dalam sahur itu ada keberkahan.


عن أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً رواه البخاري (1923)، ومسلم (1095).


Dari sahabat mulia Anas bin Malik semoga Allah meridhoinya, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam:_"Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya di dalam sahur ada keberkahan"_


Berkah yang dimaksud berada dalam sahur adalah kebaikan-kebaikan yang terdapat didalamnya. Diantaranya adalah:


- Dengan melaksanakan sahur berarti kita mengikuti salah satu Sunnah Rasulullah _shalallahu alaihi wa sallam_. Dengan demikian kita akan mendapatkna pahala.


- Dengan melaksanakan sahur, maka kita berkesempatan untuk memperbanyak dzikir dan istighfar di waktu sahur. Ini merupakan satu keutamaan tersendiri.


- Dengan melaksanakan sahur maka kita tidak akan merasa terlalu lapar dan haus di siang harinya sehingga kita tetap bisa melaksanakan ibadah dengan maksimal. Sebab orang yang mengalami lapar dan haus yang sangat, ia tidak akan dapat beribadah dengan maksimal.


- Dengan melaksanakan sahur maka kita akan dengan mudah melaksanakan shalat subuh berjamaah pada waktunya.


- Allah _Ta'ala_ dan para malaikat bershalawat kepada orang-orang yang melaksanakan sahur.


إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِيْنَ.


_"Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur."_


 Yang dimaksud dengan shalawat dalam hadits di atas adalah kasih sayang dan ampunan.


Demikian pembahasan singkat mengenai sahur. Semoga bermanfaat untuk kita semua.


(Malam 1 Ramadhan 1444 H.)

Rabu, 28 Desember 2022

Kunjungan Dewan Da'wah Jatim ke STID Mohammad Natsir




 Menerima silatul ukhuwwah penuh berkah dari Ketua Dewan Da'wah Jawa Timur, Kyai Fathurahman, dan rombongan. Kami mendiskusikan konsep kaderisasi da'i di STID Mohammad Natsir maupun di Akademi Da'wah Indonesia Jawa Timur. Tentu dengan tujuan agar ke depan kader-kader da'i yang dihasilkan lebih berkualitas lagi.

Rombongan Dewan Da'wah Jawa Timur juga bertemu dengan seluruh mahasiswa STID Mohammad Natsir asal Jawa Timur, agar terjadi hubungan kuat antara Bapak dan Anak. Hubungan ideologis dalam mengemban dan terus mengembangkan gerakan da'wah ini.

Jumat, 09 Desember 2022

USTADZ ACENG ZAKARIA DAN KENANGAN BERSAMA SAYA

 



Sudah lama saya mendengar nama Ustadz Aceng Zakaria, sejak kelas 1 SD sekitar tahun 1990 an. Ketika kakak saya, Teh Eko Yuliarti, mulai masuk pesantren Persis No 19 Bentar Garut. Waktu itu Bapa saya bilang bahwa pesantren itu dipimpin oleh seorang Ustadz besar bernama Aceng Zakaria.


Lima tahun kemudian, saya menyusul Teh Yuli masuk pesantren Persis No 19 Bentar Garut. Namun saat itu Ustadz Aceng sudah pindah ke pesantren Persis No 99 Rancabango. Sementara pesantren Bentar dipimpin oleh Ustdaz Entang Muchtar ZA. Sehingga saya tidak sempat diajar oleh Ustadz Aceng.


Namun saya sering mengikuti pengajian rutin yang dibimbing oleh Ustadz Aceng. Sepekan sekali, bertempat di pesantren Rancabango dari bada Maghrib sampai pukul 8 malam. Dari Bentar biasanya kami naik mobil bak terbuka milik Haji Bandi, pengusaha sukses yang hari ini menjadi pimpinan pesantren Bentar.


Dalam pengajian rutin itu, Ustadz Aceng biasanya menyusun makalah singkat beberapa halaman, difotocopy dan dibagikan kepada seluruh peserta. Sehingga peserta bisa mengikuti kajian dengan lebih baik. Materinya beragam, namun lebih sering materi fiqih ibadah. Peserta juga biasanya dibagi segelas bajigur dan gorengan atau pisang rebus. Bertahun-tahun saya mengikuti kajian Ustadz Aceng ini. Sangat berkesan dengan ciri khas cara penyampaian dari Ustadz Aceng; datar, pelan, sistematis dan segar karena kajiannya mendalam dan seringkali diselingi humor.


Selain belajar langsung kepada Ustadz Aceng, saya juga belajar dari buku-buku beliau. Karena hampir seluruh pelajaran bahasa Arab dan agama di pesantren Bentar menggunakan buku karangan Ustadz Aceng. Nahwu, sharaf, balaghoh, fiqih (Al Hidayah), tauhid, i'rab dan banyak lagi pelajaran lainnya.


Setelah selesai nyantri selama enam tahun di Bentar, saya melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Da'wah Mohammad Natsir Bekasi. Semua buku karangan Ustadz Aceng yang saya miliki saya bawa. Buku-buku itu biasa menjadi rujukan terutama ketika saya menemukan masalah fiqih. Bahkan ketika saya dan beberapa kawan mengadakan Pesantren Karyawan di Pusdiklat Dewan Da'wah Bekasi, buku nahwu dan Sharaf karya Ustadz Aceng kami jadikan rujukan.


Selama saya kuliah, hanya sesekali bertemu dengan Ustadz Aceng. Itupun melalui media pengajian, jika Ustadz Aceng ngisi di Jakarta atau Bekasi.


Ketika saya menjadi sekretaris Ketua Umum Dewan Da'wah, Ustadz Syuhada Bahri, pernah satu kali Ustadz Syuhada diundang untuk mengisi Tabligh Akbar di Pesantren Rancabango, sekitar tahun 2013. Saya ikut mendampingi. Dalam pertemuan sebelum acara, saya melihat bagaimana adab kedua ulama yang sangat luar biasa. Ustadz Aceng dengan segudang ilmu dan karyanya begitu menghormati Ustadz Syuhada, demikian juga sebaliknya. _"Dulu guru saya, Ustadz Abdurrahman, sangat menghormati Pak Natsir, maka sekarang saya pun harus menghormati Ustadz yang muridnya Pak Natsir,"_ ujar Ustadz Aceng saat itu kepada Ustadz Syuhada. Selepas acara kami dijamu makan siang di saung belakang rumahnya yang terletak di atas kolam dengan hidangan khas Sunda. _"Semua tamu yang datang ke sini tidak boleh pulang sebelum makan_," kata Ustdaz Aceng saat itu sambil tersenyum.


Setelah itu lama saya tidak bertemu Ustadz Aceng. Sampai kemudian saya melanjutkan kuliah tingkat doktoral di Universitas Ibnu Khaldun Bogor. Untuk tugas akhir saya meneliti mengenai Konsep Kaderisasi Ulama KH. E. Abdurrahman di Persatuan Islam. Dalam rangka mendapatkan data, saya mewawancarai beberapa murid Ustadz Abdurrahman, diantaranya Prof. Maman Abdurahman, Ustadz Hayat Setiawan dan Ustadz Aceng Zakaria.


Maka di waktu yang sudah disepakati saya menemui Ustadz Aceng di rumahnya, sekitar tahun 2019. Beliau menerima saya dengan sumringah di ruang bacanya. _"Bagja ana mah aya anu daek neliti Ustadz Abdurrahman teh, luar biasa ieu jalmi teh, loba pisan jasana ka ana_," kata Ustadz Aceng saat itu membuka percakapan. Selanjutnya saya pun mulai mengajukan berbagai pertanyaan yang dijawab beliau dengan antusias. Hampir tiga jam saya mewawancarai beliau.


Selepas wawancara Ustadz Aceng memanggil istrinya dan minta segera dihidangkan makan siang. _"Biasa didieu mah, tamu teh kudu dahar heula, saaya aya nya_" ujar Ustadz Aceng sambil terkekeh. Saya sebagai murid merasa malu sebetulnya. Merasa tidak pantas dihargai seperti itu. Tapi juga tidak kuasa menolak permintaan seorang guru. Setelah makan kami sempat berbincang sebentar. Saya kemudian pamit. _"Salam kangge Ustadz Syuhada,"_ ujar Ustadz Aceng. Saya pun mengiyakan. Ketika akan beranjak beliau bertanya, _"Geus boga buku ana?,_" saya jawab, _"kantenan Ustadz, mung cetakan nu lami, tilas kapungkur di Bentar."_ Mendengar jawaban itu, Ustadz Aceng langsung menuju rak buku dan mengambil 11 jilid buku. _"Ker oleh-oleh"_, ujarnya. _Maa Syaa Allah_, beruntungnya saya, sudah dapat data, dapat makan, dapat buku pula. Kebaikan seorang guru memang selalu luar biasa.


Setelah itu, saya kembali bertemu Ustadz Aceng di Kantor PP Persis, tahun 2020. Saya ikut serta rombongan Pengurus Dewan Da'wah Pusat  dibawah kepemimpinan Dr. Adian Husaini, yang bersilaturahmi. Dalam pertemuan itu Ustadz Aceng menyampaikan rasa syukurnya karena banyak alumni pesantren Persis yang berkhidmat di Dewan Da'wah.


Pertemuan terakhir saya dengan Ustadz Aceng terjadi tanpa sengaja. Di Rumah Makan Suka Hati Rancaekek, akhir September lalu. Saat itu saya dan beberapa kawan sedang dalam perjalanan ke Garut . Kami sholat dan istirahat di Suka Hati. Tak lama datang Ustadz Aceng dan istri, duduk di meja sebelah. Saya pun menyapa beliau, _"tos ngisi pangaosan Ustadz?_" , _"Ah henteu, ges ngalongok incu_," jawabnya. Saya kemudian menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuannya dalam penulisan disertasi saya. Saya sampaikan bahwa disertasi saya sudah selesai dan sedang proses cetak. Saya berjanji setelah selesai cetak, akan saya antarkan ke rumah beliau. 


Janji yang pada akhirnya tidak dapat saya tunaikan. Karena Senin, 21 November 2022,  kemarin Ustadz Aceng diwafatkan oleh Allah _Ta'ala_. Wafat dalam kebahagiaan dengan ilmu yang bermanfaat yang akan terus mengalirkan pahala untuk beliau....


Semoga Allah _Ta'ala_ senantiasa memberikan rahmatNya yang luas kepada beliau....


(Dwi Budiman, Cipayung 22 November 2022)

Sabtu, 07 Mei 2022

EKSPEDISI DA'WAH MANGGARAI NTT. (Program Kafilah Da'wah 1443 H)



*Hari ke 1 (Kamis, 21 April 2022)*

Sekolah Tinggi Ilmu Da'wah (STID) Mohammad Natsir ramadhan tahun 1443 H ini kembali mengirimkan Tim Ekspedisi Da'wah dalam rangkaian program Kafilah Da'wah. Kali ini ekspedisi diarahkan ke wilayah Manggarai NTT. Tim ekspedisi terdiri atas saya, Dwi Budiman, Andi Marwan (Biro Pengabdian Masyarakat) dan Faris Rasyid (Dokumentasi). Berangkat Kamis dini hari, 21 April 2022 dari bandara Soekarno Hatta. Perjalanan udara selama 3 jam, sampai pukul 06.00 WITA di bandara El Tari Kupang. Udara Kupang cerah.


Kami dijemput kawan-kawan Dewan Da'wah NTT, ada Akh Lalu Abdul Mukti, Akh Umar Arasula dan Akh Rusdiadi Masang. Mereka semua alumni STID Mohammad Natsir. Plus Mas Angga, Direktur Laznas Dewan Da'wah NTT. Kami dibawa ke markas Dewan Da'wah NTT di Jalan Lapangan Tembak, Nunbaun Sabu Kecamatan Alak, Kota Kupang. Di markas ini berkantor Dewan Da'wah, Laznas dan ADI NTT. Kami dipersilahkan untuk mandi dan istirahat sejenak. Pukul 10.00 WITA kami kemudian diantar ke pelabuhan Bolok Kupang untuk melanjutkan perjalanan menggunakan Kapal Ferry. Rusdiadi Masang, alumni STID Mohammad Natsir yang sedang bertugas sebagai Musyrif ADI Kupang, ditugaskan ketua Dewan Da'wah NTT untuk membersamai kami. Berarti tim kami sekarang berjumlah empat orang.

MENEGUHKAN KEMERDEKAAN DENGAN DA’WAH

  Oleh: Dr. Dwi Budiman Assiroji (Ketua STID Mohammad Natsir)   Tahun ini kita memperingati kemerdekaan negara kita yang ke 79. Artiny...