Ketua STID Mohammad Natsir, Dr. Dwi Budiman Assiroji, mengikuti program Madani South East Asia Leadership Program (MSeaLP2025) di Kuala Lumpur Malaysia, sebagai perwakilan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia.
Acara yang dilaksanakan oleh WADAH Pencerdasan Umat dan Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM) ini mengundang perwakilan lembaga Islam (NGO) dari negara-negara Asean, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, Laos, Myanmar, Kamboja dan Timor Leste. Dari Indonesia hadir perwakilan dari Dewan Da’wah, Muhamadiyyah, Al-Washliyyah dan Pesantren Hamka Maninjau.
Program dibuka pada Senin malam (23/06) di Hotel Tamu Kampung Baru Kuala Lumpur oleh Presiden WADAH, Dato’ Ahmad Azzam Ab Rahman, dan Wakil Menteri Agama Malaysia, Dato’ Dr. Zulkifli Hasan.
Dalam sambutannya, Dato’ Azzam menjelaskan bahwa program ini merupakan usaha untuk mempersatukan lembaga Islam Asia Tenggara dalam memperkuat kondisi umat Islam. Dato’ Azzam kemudian menjelaskan bahwa konsep Madani yang digagas oleh Perdana Menteri Malaysia, Dato’ Seri Anwar Ibrahim, dapat digunakan sebagai pijakan nilai-nilai dalam menyusun platform bersama.
Sementara Dr. Zulkifli dalam sambutannya menyampaikan bahwa sekarang sedang terjadi perubahan besar di dunia, dimana terjadi kekosongan kepemimpinan. Maka Asia Tenggara memiliki modal besar untuk mengambil peran tersebut. Di tengah banyak munculnya permasalahan global seperti perubahan iklim, peperangan, islamophobia, maka program ini diharapakan dapat merespon masalah-masalah tersebut. Ia menukil pendapat dari Kishore Mahbubani dalam bukunya the Asean Miracle bahwa dengan 650 juta penduduk yang terdiri atas berbagai etnik, agama, bangsa, budaya dan adat namun tetap dalam kondisi aman di tengah kondisi geo-politik yang sedang goncang, ini merupakan salah satu keajaiban Asean. Karena itu, Dr. Zulkifli berharap forum ini dapat mempromosikan keterbukaan dan mendorong keberlanjutan pembangunan Umat Islam Asia Tenggara.
Esok harinya, Selasa 24 Juni 2025, program dilanjutkan dengan kunjungan ke International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) di daerah Bukit Tungku Kuala Lumpur. Dato’ Azzam menjelaskan bahwa kampus yang didirikan oleh Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib Al-Attas ini dijadikan tempat pertama untuk mendiskusikan kebangkitan Islam di Asia Tenggara, karena kampus ini merupakan miniatur peradaban Islam yang menjadi tempat untuk mengkaji peradaban Islam. Setelah berkeliling bangunan Kampus, seluruh peserta berkumpul di Aula untuk mendengarkan sambutan dari Direktur ISTAC, Prof. Dr. Abdelaziz Berghout. Ia menyambut baik program ini dan sepakat bahwa peradaban Islam harus segera dibangkitkan untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi umat manusia. Karena itulah ia setuju jika konsep Madani tidak hanya dijalankan oleh umat Islam di Malaysia tapi juga harus disebarluaskan kepada umat Islam di seluruh dunia.
Malam harinya, para peserta MSeaLP 2025 diajak berkunjung ke kediaman Menteri Besar Selangor, YB Dato’ Seri Amirudin bin Shari. Dalam sambutannya, Dato’ Amirudin menjelaskan bahwa Selangor adalah Negara Bagian terbesar dalam konteks pertumbuhan ekonomi. Sehingga Selangor menjadi kota yang terbuka untuk semua suku dan agama dari berbagai tempat di Malaysia. Keberagaman penduduk Selangor dapat dijadikan kekuatan untuk bersatu sehingga dapat diwujudkan kehidupan yang harmoni. Capaian ini menurut Dato’ Amirudin tidak dapat dilepaskan dari implementasi nilai-nilai Madani. Ia kemudian menawarkan Selangor menjadi model bagi kota-kota lain di Asia Tenggara dalam implementasi nilai-nilai Madani di tengah-tengah keberagaman penduduknya.
Hari ke tiga, rabu, 25 Juni 2025, program diawali dengan kunjungan ke Internasional Islamic University Malaysia (IIUM). Peserta diajak berkeliling galeri sejarah IIUM. Setelah itu mendengarkan paparan dari rektor IIUM, Prof Emeretus Dr. Osman Bakar, dan Wakil Rektor IIUM, Prof. Dr. Dato’ Muhammad Fauzan yang membahas mengenai AI dan Implementasi nilai-nilai Madani.
Prof. Osman Bakar menjelaskan bahwa Madani adalah peradaban yang dibangun Rasulullah di Madinah. Dalam konteks Malaysia dapat difahami sebagai proses urbanisasi, yaitu membangun dan menghidupkan kampung secara beradab. Dalam konteks Asean Madani juga dapat difahami sebagai pembangunan kota yang tertata. Madani tidak hanya nilai kenegaraan tapi juga nilai kemasyarakatan. Disinilah peran lembaga Islam (NGO) untuk mengimplementasikan nilai-nilai madani sebagai nilai kemasyarakatan di tempatnya masing-masing.
Malam harinya para peserta bertemu dengan Menteri di Jabatan Perdana Menteri (Hal Ehwal Agama), Dr. Hj. Mohd Nai’m bin Hj. Mokhtar. Dalam sambutannya ia menyambut baik program ini dan berharap dapat menjadi ajang aksi strategi dan deklarasi lembaga-lembaga Islam untuk untuk memperbaiki kondisi Asia Tenggara. Karena kekuatan umat bukan hanya ada pada pemerintahan tapi juga pada lembaga yang dijalankan oleh orang-orang yang ikhlas berjuang.
Hari terakhir, program diisi dengan serangkaian symposium yang mengangkat berbagai tema yang berkaitan dengan konsep Madani dan implementasinya di Asia Tenggara. Dibuka dengan penyampaian key note speech oleh Associate Professor Dato’ Dr. Mohamad Azam Mohamed Adil (Direktur Utama Institut Kefahaman Islam Malaysia/IKIM). Kemudian dilanjutkan dengan sesi pertama yang mengangkat tema “Weaving Unity from the Roots: Harnessing ASEAN’s Cultural Tapestry for Community-Led Change/Membangun Persatuan dari Akar; Memanfaatkan Ragam Budaya Asean untuk Perubahan yang dipimpin oleh Komunitas” dengan pembicara Dato’ Ahmad Azzam Ab Rahman (Presiden Wadah), YB Steven Sim Chee Keong (Menteri SDM Malaysia) dan Prof. Dr. Jaseer Auda (Kepala Maqasid Institut). Sesi kedua mengangkat tema “Religions and Traditional Wisdom as Source for Socio-Cultural Renewal in ASEAN/Kebijakan Tradisi dan Agama sebagai Sumber Pembaharuan Sosial Budaya di Asean” yang menghadirkan Prof. Dr. Dato’ Mohamad Fauzan Noordin (IIT Asia Tenggara), Dr. Muhammad Syafiq Borhanuddin (IKIM) dan Pravin Periasamy (Ikatan Filosof Malaysia) sebagai pembicara. Sesi ketiga mengangkat tema “Strengthening Multi-Stakeholder Partnerships for Community Empowerment in ASEAN/Memperkuat Kerjasama Berbagai Pihak untuk Pemberdayaan Masyarakat di Asean” dengan pembicara Prof. Dr. Syed Farid Al Attas (National University Singapore) dan Dr. Tri Hastuti Nur Rachimah (Sekjen Aisyiyah Indonesia).
Symposium ditutup dengan Sambutan yang disampaikan oleh Prof. Emeritus Dato’ Dr. Mohd Yusof Hj Othman selaku Wakil Ketua IKIM dan Orasi dari YAB Dato’ Seri Anwar Ibrahim (Perdana Menteri Malaysia). Dalam orasinya, Dato’ Anwar menyampaikan bahwa acara ini merupakan wahana penting untuk memperteguh nilai, etika dan hubungan kasih sayang antar pemimpin lembaga Islam serantau. Ia percaya bahwa Malaysia dan umat Islam Asean memiliki peradaban Islam yang agung yang dapat meresap nilai-nilai global tanpa merusak nilai Islam yang dianut
menghadapi masalah islamophobia, keragaman budaya, keragaman agama, dan kemiskinan. Ia mendorong umat Islam untuk terus menjelaskan nilai-nilai Islam (Madani) yang sebenarnya kepada dunia, agar tidak ada lagi persepsi negatif tentang ajaran Islam. Maka nilai-nilai Madani harus benar-benar diimplementasikah secara nyata, bukan hanya dibahas dan diwacanakan. Dialog antar agama, memperkuat warung-warung kecil, dan melawan kerakusan sistemik yang melunturkan kemaslahatan bersama adalah diantara langkah konkrit yang harus dilakukan.
Dato’ Anwar mengingatkan bahwa kita semua setuju dengan pembangunan, namun mesti seimbang, tetap memperhatikan nilai-nilai akhlak dan etika. Harus wasathiyah (seimbang/pertengahan) dan ini adalah salah satu nilai utama Madani.
Program ini direncanakan akan dilaksanakan secara berkala dengan lokasi bergilir diantara negara-negara di Asia Tenggara.






